Saat dihubungi pada Rabu, 4 Desember 2019, Andri membenarkan tanggul tersebut merupakan proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR. Andri mengatakan proyek tersebut jauh dari pemukiman warga dan berada dalam kawasan pelabuhan.
Robohnya proyek itu tidak menyebabkan air tidak meluap ke darat dan area sudah diamankan pelaksana proyek. "Ketinggian air dua meter di bawah tanah urukan. Sedang ada pengurukan di sekitar tanggul," ujar.
Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane atau BBWSCC menyatakan tanggul NCICD roboh disebabkan oleh cuaca yang menyebabkan air laut naik dan ditambah hujan, tidak menghentikan pembangunannya. "Itu karena muka air laut naik, lalu cuaca hujan, ya karena itu. Tapi pembangunan tetap berlangsung," kata Ketua BBWSCC Bambang Hidayah kemarin.
Bambang mengatakan pembangunan tanggul laut tersebut tidak terhenti karena robohnya tanggul itu di titik tertentu. "Lanjut aja pembangunannya yang lain. Di titik itu mungkin iya berhenti, tapi yang lain tidak berhenti. Karena kalau sedang berjalan memang itu kan semua belum mengikat, belum permanen, diselesaikan semuanya," kata dia.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan karena tanggul itu masih dalam proses pembangunan oleh kontraktor, perbaikan tanggul yang roboh pun masih tanggung jawab kontraktor tersebut. Kendati demikian, BBWSCC menyatakan belum bisa menargetkan secara pasti kapan perbaikan tanggul roboh itu selesai lantaran peneliti dari Puslitbang Air Bandung masih meneliti robohnya tanggul tersebut.
ANTARA