TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah warga DKI Jakarta mengaku tak terlalu khawatir dengan potensi penyebaran virus Corona di Jakarta. Hal itu tampak dari ramainya warga saat menghabiskan waktu di lokasi car free day Jalan Jenderal Sudirman - M.H. Thamrin pada Ahad, 8 Maret 2020.
Aris Sinaga, 33 tahun, meyakini Indonesia bisa mencegah dan menanggulangi penyebaran virus Corona. Menurut dia, masyarakat pun tidak perlu berlebihan dalam melihat penularan virus Corona yang sudah menjangkiti empat orang Indonesia.
"Pasti bisa ditangani. Jangan terlalu fokus ke Corona karena bisa berdampak negatif yang menyebabkan kepanikan di tengah masyarakat," kata Aris saat ditemui di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
Menurut Aris, Indonesia mempunyai pengalaman dalam menanggulangi virus berbahaya. Bahkan, Indonesia berhasil dengan cepat menanggulangi virus SARS yang lebih berbahaya dari Covid-19.
Kata Aris, virus dapat dicegah penularannya dengan rajin berolahraga dan menjaga kesehatan tubuh. Jadi, menurut dia, masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan dan takut untuk berolahraga di tempat keramaian seperti saat car free day. "Jaga kesehatan dan berolahraga adalah kunci terpenting dalam menghadapi potensi penyebaran virus ini."
Menurut Aris, media maupun warga tidak perlu terlalu fokus dengan Corona. Justru, menurut dia, yang perlu dikhawatirkan adalah kejadian luar biasa demam berdarah dengue (DBD). "Yang saya tahu DBD lebih mematikan dan sudah ada yang meninggal tahun ini karena terserang itu," ujarnya.
Aris menuturkan sampai sekarang demam berdarah belum ada vaksinnya. Bahkan, serangan DBD terkadang tidak terdeteksi. "Ada yang pagi tidak apa-apa, malam panas dan meninggal karena DBD. Harusnya kita worry ke DBD," tuturnya.
Menurut dia, jika hanya Corona saja yang terus diinformasikan, masyarakat akan semakin panik dan menimbulkan kerugian besar, seperti menimbun kebutuhan pokok secara berlebihan dan berdampak ke kenaikan harga. "Padahal Corona baru empat orang dan potensi sembuhnya besar. DBD itu lebih bahaya juga loh," ucap Aris.
Warga lainnya, Ati Wicaksono, 51 tahun, berpendapat sama dengan Aris. Menurut dia, media dan masyarakat tidak perlu mengekspos berlebihan masalah virus Corona. Yang harus diberikan porsi terbesar, ia menilai, justru edukasi dalam penanggulangannya
"Khawatir boleh asal jangan lebay. Asal jaga kesehatan penyakit bisa dicegah," ujarnya. "Kalau sudah ada yang sakit lebih baik tidak keluar rumah," kata Ati.
Kementerian Kesehatan mencatat ada 94 orang meninggal akibat penyakit demam berdarah dengue sepanjang 2020 ini. Jumlah itu tercatat sampai Kamis, 5 Maret 2020. "Data tercatat 94 kematian dari total 14.716 kasus secara nasional," kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi.
Jumlah kematian terbanyak berada di Nusa Tenggara Timur, yaitu sebanyak 29 orang. Jumlah kasus demam berdarah dengue di sana pun tertinggi mencapai 1.300 kasus.
IMAM HAMDI