TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menyita sejumlah buku sebagai barang bukti dalam kasus vandalisme yang diduga melibatkan lima anggota Anarko Sindikalis di Tangerang. Dalam foto konferensi pers yang diunggah akun Instagram @humas.pmj, buku-buku tersebut ditunjukkan ke publik.
Di salah satu foto yang diunggah, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana memegang buku berjudul Indonesia dalam Krisis 1997-2002 dan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus memegang buku 'Pencerahan tanpa Kegerahan'.
Kapolres Metro Tangerang Kota Komisaris Besar Sugeng Hariyanto menyatakan polisi belum mendalami asal usul buku tersebut. Namun, dia berpendapat buku-buku itu mempengaruhi para pelaku. "Bacaan-bacaan itu menurut saya juga mempengaruhi pola pikir dan sudut pandang mereka," ujar Sugeng kepada Tempo pada Ahad petang, 12 April 2020.
Dari sejumlah foto konferensi pers dan rilis tertulis yang dikeluarkan oleh Polda Metro Jaya, berikut daftar buku yang disita dari anggota Anarko Sindikalis.
Aksi Massa oleh Tan Malaka
Buku Aksi Massa ditulis Tan Malaka di Singapura pada 1926. Dalam bukunya, pahlawan nasional dengan nama lengkap Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka itu menjelaskan tentang ikhtisar riwayat Indonesia, macam-macam imperialisme, kapitalisme Indonesia, keadaan rakyat Indonesia, keadaan sosial, keadaan politik, revolusi di Indonesia, perkakas revolusi, hingga sekilas tentang gerakan kemerdekaan di Indonesia.
Di pengantar penulis, Tan Malaka menuturkan bahwa bangsa-bangsa Asia akan memperoleh kemerdekaan dari tangan imperialisme Barat. Termasuk di antaranya adalah kemerdekaan bagi Indonesia. Tan Malaka juga menjabarkan cara untuk memperoleh kemerdekaan itu. Dia tidak menyarankan merebut kemenangan lewat jalan parlementer, melainkan revolusi.
"Bila suatu hari Indonesia terlepas dan mempertahankan kemerdekaannya dari musuh-musuh dalam dan luar negeri, tentulah hal tersebut ditentukan oleh kodrat revolusioner, yakni yang disebabkan oleh aksi massa: dari massa dan untuk massa," tulis Tan Malaka.