TEMPO.CO, Jakarta- Komisi C DPRD menolak usulan Pemerintah Jakarta terkait pagu indikatif Anggaran Pendapatan Belanja Daerah atau APBD DKI 2021 sebesar Rp 66,9 triliun. Dewan mendesak agar APBD dinaikkan menjadi Rp 72 triliun.
Penolakan tersebut kemudian berujung dengan rapat Komisi C dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) diskor hingga satu minggu untuk DKI memenuhi permintaan Komisi C.
"Rapat kita skor sampai Minggu depan," ujar Ketua Komisi C, Habib Muhamad Salim Alatas dalam rapat, Rabu 24 Juni 2020.
Habid meminta Pemerintah DKI untuk kembali menggali potensi-potensi pendapatan daerah di sektor-sektor penerimaan lainnya. Antara lain di bidang aset DKI.
Selain itu, kata dia, saat ini sejumlah peraturan daerah yang akan mendukung penambahan pendapatan daerah hampir selesai pembahasan. Salah satunya terkait peraturan daerah tentang retribusi pajak. Menurut dia, hal tersebut akan menambah pendapatan DKI pada tahun depan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh anggota Komisi C lainnya Dimaz X, yang meminta agar Pemprov DKI menaikkan pagu indikatif APBD 2021 menjadi Rp 72 triliun. Menurut dia, angka tersebut memungkinkan karena tahun depan kondisi perekonomian akan lebih bergerak dari tahun ini.
"Untuk tahun 2021 kan kita sudah menuju kehidupan baru, new normal. Ini saatnya APBD kita bangkit," ujarnya.
Dimaz mengatakan sejumlah anggaran sangat dibutuhkan pada tahun depan terutama dalam mengstimulus perekonomian 2021 agar lebih bergerak. Sehingga kata dia persoalan ekonomi saat pandemi seperti PHK, UMKN bisa diatasi.
Ia meminta agar Pemerintah DKI kembali memeriksa TAPD yang memiliki potensi pendapatan daerah karena saat ini pendapatan daerah masih tertumpu pada pajak. "Kasihan warga kalau kita titik beratkan pada pajak. Jadi harus didorong pendapatan di sektor-sektor lain," ujarnya.
Menanggapi itu, Wakil Kepala Bappeda Provinsi DKI Jakarta Tri Indrawan mengatakan akan berupaya mengkoreksi kembali penyusunan pagu indikatif APBD DKI 2021. Termasuk, melihat potensi perekonomian yang mungkin masih akan terus terjadi di sepanjang masa PSBB Transisi hingga new normal mendatang.
“Jadi kami akan terus koreksi soal penghitungan ini. Saya akan sampaikan ke kepala Bappeda karena memang pembahasan masih akan terus berkembang. Seminggu ini bisa saja ada asumsi perubahan angka-angka masih mungkin terjadi, karena sektor ekonomi juga sudah mulai bangkit,” ujarnya.