Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Nelayan Minta Reklamasi Dilanjutkan, Kiara: Jangan-jangan Makelar

image-gnews
Nelayan mengendalikan kapalnya saat melintas di Pulau G, perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara, Kamis, 27 September 2018. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencabut izin prinsip 13 pulau reklamasi di Teluk Jakarta, yang proyeknya belum dibangun atau dikerjakan. Sedangkan empat pulau yang sudah dikerjakan, yaitu C, D, G, dan N, akan diatur dan digunakan untuk kepentingan publik. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Nelayan mengendalikan kapalnya saat melintas di Pulau G, perairan Teluk Jakarta, Jakarta Utara, Kamis, 27 September 2018. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencabut izin prinsip 13 pulau reklamasi di Teluk Jakarta, yang proyeknya belum dibangun atau dikerjakan. Sedangkan empat pulau yang sudah dikerjakan, yaitu C, D, G, dan N, akan diatur dan digunakan untuk kepentingan publik. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati mempertanyakan sikap sekelompok nelayan yang mendukung rencana reklamasi Teluk Jakarta.

"Perlu kejelasan siapa yang bicara atas nama nelayan. Karena kalau nelayan yang benar, dia sangat tahu bagaimana dampak penimbunan pasir itu mematikan mata pencarian nelayan," kata Susan melalui pesan singkatnya, Jumat, 26 Maret 2021.

Sebelumnya Komunitas Nelayan Muara Angke berharap proyek reklamasi di Teluk Jakarta kembali dilanjutkan. Mereka mengatakan masyarakat di sekitar Muara Angke saat ini kesulitan secara ekonomi karena pandemi Covid-19 dan kondisi cuaca yang tidak menentu.

Ketua Komunitas Nelayan Muara Angke Diding Setiawan berharap para nelayan bisa terlibat sebagai pekerja pada pembangunan Pulau G. Selama ini masyarakat Muara Angke mengandalkan pendapatannya sebagai nelayan, namun hasil tangkapan ikan saat ini sulit diandalkan karena cuaca tidak mendukung.

Alasan lain melayan minta pembangunan pulau reklamasi dilanjutkan karena masalah limbah juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan. "Akibat limbah dari 13 muara sungai ke laut membuat hasil tangkapan ikan terus menipis," kata Diding.

Meski demikian, Sekjen Kiara menduga kelompok nelayan yang mendukung reklamasi bukan berbicara terkait kepentingan mereka. Sebab, reklamasi merupakan kegiatan yang sangat jelas merugikan nelayan. "Jangan-jangan yang bicara adalah orang-orang yang bukan nelayan, tapi makelar reklamasi yang ingin meneruskan proyek reklamasi ini."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Reklamasi pantai di mana pun, kata dia, akan menutup kolom air dengan pasir. Artinya di dalam kolom air itu akan ada ekosistem yang rusak karena ditimbun material pasir, baik itu terumbu karang, ikan, kerang, dan biota laut lainnya.

"Ini akan berdampak pada rantai pangan atau siklus hidup komoditi tertentu. Kerusakan itu bukan hanya dirasakan di area yang ditimbun, tapi juga dari mana pasir itu berasal."

Baca juga: Minta Proyek Reklamasi Dilanjutkan, Nelayan Muara Angke: Tangkapan Ikan Sulit

Di reklamasi Teluk Jakarta, pasir diambil dari Banten. "Itu bisa dicek dari nelayan dan perempuan nelayan yang kehilangan 50 persen hasil tangkapnya setiap hari karena lautnya dirusak," ujarnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


KNTI: 12 Kampung Nelayan Bakal Terdampak Proyek Surabaya Waterfront Land

3 hari lalu

Ilustrasi reklamasi Pulau D. Dok.TEMPO/Rizki Putra
KNTI: 12 Kampung Nelayan Bakal Terdampak Proyek Surabaya Waterfront Land

Proyek Surabaya Waterfront Land telah mendapat izin dari Presiden Jokowi untuk mengelola dan melaksanakan kegiatan reklamasi di pantai timur Surabaya.


Nelayan Korban Tabrakan di Perairan Perbatasan Batam-Singapura Belum Ditemukan

5 hari lalu

Basarnas terus melakukan pencarian terhadap satu orang nelayan korban tabrakan di perairan Batam-Singapura. Foto Humas Basarnas.
Nelayan Korban Tabrakan di Perairan Perbatasan Batam-Singapura Belum Ditemukan

Pencarian terhadap seorang nelayan yang menjadi korban tabrakan di perairan perbatasan Batam-Singapura terus dilanjutkan, Selasa, 3 September 2024.


Ikan Paus Beluga yang Diduga Mata-mata Rusia Ditemukan Mati

6 hari lalu

Ikan paus beluga yang dikira mata-mata Rusia, ditemukan  mati. Jorgen Ree Wiig/Sea Surveillance Service/Handout/NTB Scanpix via REUTERS
Ikan Paus Beluga yang Diduga Mata-mata Rusia Ditemukan Mati

Bangkai ikan paus yang dinamai Hvaldimir didapati mengapung di laut oleh seorang nelayan bersama anaknya.


Menjajal jadi Nelayan Tanpa Perahu di Desa Wisata Sambeng Borobudur

6 hari lalu

Seorang wisatawan mencoba membuat jala di Desa Wisata Sambeng, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. TEMPO/Mila Novita
Menjajal jadi Nelayan Tanpa Perahu di Desa Wisata Sambeng Borobudur

Di Desa Sambeng, pengunjung diajak membuat jala dan menebarnya di Sungai Progo. Ini merupakan bagian dari wisata Borobudur Trail of Civilization.


Cerita dari Nelayan Natuna: Saat Tidak Tangkap Ikan, Mereka Sediakan Jasa Wisata ke Pulau Senoa

6 hari lalu

Suasana pinggir pantai Pulau Senoa di Kabupaten Natuna saat pagi hari, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/M. Faiz Zaki
Cerita dari Nelayan Natuna: Saat Tidak Tangkap Ikan, Mereka Sediakan Jasa Wisata ke Pulau Senoa

Ramli juga mengantarkan wisatawan yang hendak ke Pulau Senoa, Natuna, ketika sedang tidak mencari ikan.


WALHI: PSN Waterfront Land Surabaya Cacat Ekonomi hingga Lingkungan

6 hari lalu

Ilustrasi unjuk rasa penolakan Reklamasi. ANTARA FOTO
WALHI: PSN Waterfront Land Surabaya Cacat Ekonomi hingga Lingkungan

Walhi menyebut Waterfront Land adalah proyek reklamasi yang menyasar Kenjeran hingga Pantai Timur Surabaya


Cerita Nelayan Natuna: Melaut Enak dan Aman Zaman Susi Pudjiastuti

8 hari lalu

Ramli, seorang nelayan di Natuna mengatakan hasil tangkapan di era Menteri Susi Pudjiastuti jauh lebih banyak dibanding saat ini, Kamis, 29 Agustus 2024. TEMPO/M. Faiz Zaki
Cerita Nelayan Natuna: Melaut Enak dan Aman Zaman Susi Pudjiastuti

Nelayan Natuna mengatakan hasil tangkapan saat Susi Pudjiastuti jadi menteri lebih banyak daripada saat ini.


Rumah Detensi Ranai di Natuna Kosong 2 Tahun karena Tak Ada Nelayan Asing yang Ditangkap

8 hari lalu

Tampak depan Rumah Detensi di halaman belakang Kantor Imigrasi Kelas II TPI Ranai, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Kamis, 29 Agustus 2024. Tempo/M. Faiz Zaki
Rumah Detensi Ranai di Natuna Kosong 2 Tahun karena Tak Ada Nelayan Asing yang Ditangkap

Penangkapan nelayan asing yang mencari ikan biasanya dilakukan oleh TNI Angkatan Laut dan Bakamla. Rumah Detensi Imigrasi Ranai sudah lama kosong.


Pemkot Padang Serahkan 1.056 Kartu BPJS dan Kusuka bagi Nelayan

15 hari lalu

Penjabat Wali Kota Padang Andree Algamar memberikan sambutan dalam acara penyerahan kartu kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di Padang, Jumat, 23 Agustus 2024. Sebanyak 1.056 nelayan memperoleh kartu kepesertaan BPJS. Dok. Pemkot Padang
Pemkot Padang Serahkan 1.056 Kartu BPJS dan Kusuka bagi Nelayan

Penjabat (Pj) Wali Kota Padang, Andree Algamar, menyerahkan kartu kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (Kusuka) kepada 1.056 nelayan di Kota Padang.


Enam Nelayan Diduga Menjadi Korban TPPO Kapal Berbendera Rusia

17 hari lalu

Ilustrasi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) atau human trafficking. REUTERS/Maxim Shemetov
Enam Nelayan Diduga Menjadi Korban TPPO Kapal Berbendera Rusia

Enam nelayan diduga sebagai korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) kapal berbendera Rusia.