Jakarta - Beberapa orang tua murid menilai sekolah tatap muka di sekolah lebih efektif dibandingkan sekolah dari rumah. Hendra misalnya, mengatakan anaknya yang kini duduk di kelas X SMA Negeri 23 Jakarta Barat kurang fokus saat belajar secara daring.
"Kalau online itu kan mereka bisa sambil tiduran," kata pria 47 tahun itu seusai mengantarkan anaknya ke sekolah, Jumat, 11 Juni 2021. Anaknya juga kerap main game di tengah proses belajar jika tidak diawasi.
Jika ditanya tentang tugas, kata dia, kadang-kadang anak mengklaim telah menyelesaikannya. "Enggak tahunya wali kelasnya menghubungi kalau anak belum ngumpulin tugas."
Pendapat senada disampaikan oleh Suryadi, orang tua murid kelas XII di SMA Negeri 23 Jakarta. Menurut pria 49 tahun ini, anak lebih banyak main ketimbang belajar selama proses sekolah daring akibat pandemi Covid-19.
"Dia juga sudah bosan di rumah." Walau begitu, Suryadi mengaku khawatir akan keselamatan anaknya di tengah pagebluk.
Untuk itu, dia meminta sekolah tatap muka dilakukan bergiliran untuk mengurangi kapasitas orang dalam ruang kelas. "Waktunya enggak usah lama-lama," kata dia
Baik Suryadi maupun Hendra sama-sama mendukung rencana pemerintah menerapkan sekolah tatap muka. Di DKI Jakarta, sekolah tatap muka kembali diuji coba mulai Rabu, 9 Juni lalu. Sebanyak 143 sekolah dan lembaga kursus di kawasan Ibu Kota mengikuti pilot project ini, termasuk SMA Negeri 23 Jakarta.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA Negeri 23, Edi Susilo mengatakan institusinya telah melakukan survei terhadap orang tua murid tentang pemberlakuan sekolah tatap muka. Survei tersebut dilakukan sebelum Pemerintah DKI Jakarta melanjutkan pilot project sekolah tatap muka.
"Surveinya dalam bentuk Google Form, di dalamnya ada pertanyaan apakah bersedia atau tidak jika pemerintah memberlakukan sekolah tatap muka, beserta alasanya," kata kepada Tempo, Jumat, 11 Juni 2021.
Dari survei itu, ujar Edi, mayoritas orang tua murid menyatakan bersedia mengizinkan anaknya mengikuti sistem sekolah tatap muka. Dia mengatakan bahwa pihak yang menjawab bersedia lebih dari 90 persen.
Dibandingkan dengan sekolah tatap muka, rata-rata menilai belajar di rumah tidak efektif. "Banyak kendala, seperti kuota, jaringan internet, atau alatnya gak support, dan lain-lain," kata Edi,
Baca: Survei SMAN 23 Jakarta Barat: 90 Persen Orang Tua Oke Sekolah Tatap Muka