Jakarta - Respon Presiden Joko Widodo atau Jokowi terhadap kritik yang disampaikan BEM UI, dinilai lembaga SETARA Institute for Democracy and Peace hanya sekadar formalitas dan tidak menyentuh substansi kritik.
Sebelumnya, BEM UI mengkritik Jokowi sebagai King of Lip Service karena ucapannya yang dinilai sering tidak konsisten.
"Substansi kritikan BEM UI justru luput dari pembahasan, yakni landasan poster 'The King of Lip Service' tersebut. Presiden seharusnya menjawab, serta menjelaskan kepada publik pelbagai hal yang menjadi substansi kritikan BEM UI," ujar Direktur Eksekutif SETARA Institute Ismail Hasani dalam keterangan tertulis, Rabu, 30 Juni 2021.
Adapun tiga substansi kritik BEM UI terhadap Jokowi, antara lain soal pernyataan kangen didemo, namun tindakan represif aparat justru semakin bertambah kepada demonstran.
Lalu janji Jokowi akan menguatkan KPK, namun berujung pelemahan melalui UU KPK yang baru dan membuat para pegawainya berstatus ASN melalui mekanisme TWK yang ganjil.
Terakhir, janji Jokowi yang akan merevisi UU ITE agar tidak menjadi pasal karet, tapi tidak terealisasi sampai saat ini.
"Kritik BEM UI, serta kritik pelbagai elemen masyarakat sipil, seharusnya jangan dilihat sebatas ekspresi kebebasan berpendapat, karena di dalamnya ada pelbagai kritikan dan koreksi atas sejumlah persoalan di negeri ini," ujar Ismail.
Sebelumnya, BEM UI melalui akun Instagram mereka @bemui_official, menggelari Jokowi dengan sebutan "King of Lip Service". Gelar ini diberikan karena Jokowi dinilai sering tak konsisten dalam ujarannya.
"Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu," bunyi siaran pers BEM UI di akun Instagram mereka @bemui_official pada Sabtu, 26 Juni 2021.
Imbas kritik itu, pihak Rektorat UI kemudian memanggil para pengurus BEM UI dan meminta mereka menghapus unggahan tersebut pada Ahad esok harinya. Kampus menyatakan BEM UI telah menyalahi aturan karena menjadikan Jokowi yang disebut mereka simbol negara, menjadi meme.
Menanggapi hal itu, Jokowi meminta pihak kampus tidak menghalang-halangi mahasiswa dalam berekspresi. Jokowi menyatakan maklum dengan cara mahasiswa tersebut menyampaikan pendapat.
"Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan. Ya saya kira biasa saja, mungkin mereka sedang belajar mengekspresikan pendapat," kata Jokowi.
Lebih lanjut, Ismail menjelaskan pernyataan Jokowi ini menjadi teguran bagi pihak kampus yang terlalu reaktif dalam menanggapi kritik BEM UI. "Pejabat kampus seharusnya fasih berdemokrasi, sehingga kampus dapat menjadi tempat untuk tumbuh dan berkembangnya kebebasan berpikir, berpendapat, dan kemerdekaan pikiran," ujar Ismail.
Baca juga : Gaduh Jokowi King of Lip Service: Eks Ketua BEM UI Kecam Peretasan, Ade Armando
M JULNIS FIRMANSYAH