Selain itu, DKI juga membangun sumur resapan berbentuk vertikal untuk menampung air ketika puncak musim hujan.
Pihaknya juga menempatkan alat ukur curah hujan di 267 kelurahan di Jakarta sehingga deteksi dini antisipasi banjir dapat dilakukan.
Sementara itu, dalam kesempatan terpisah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika berbicara dalam Rakornas Antisipasi La Nina mengatakan DKI menghadapi tiga potensi ancaman saat musim puncak hujan.
Tiga potensi tersebut yakni di wilayah pesisir dengan ancaman rob (banjir akibat pasang laut) dan pada saat bersamaan terjadi hujan lebat. Kemudian, limpahan air akibat tingginya curah hujan yang dibawa dari aliran 13 sungai melalui Ibu Kota dan hujan lebat di dalam kota.
Anies mengatakan tiga ancaman tersebut dilakukan dengan pendekatan yang berbeda.
"Di tepi pantai kami siapkan tanggul, yang sekarang sedang dalam pembangunan. Yang air mengalir dari kawasan pegunungan itu disiapkan untuk bisa menampung waduk, sebelum masuk ke kawasan hilir dan di dalam kota dengan sistem drainase bersih," ucapnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan potensi cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai petir dan angin kencang diperkirakan pada September hingga November 2021. Banjir pun membayangi DKI Jakarta.
Baca: Genangan Akibat Hujan di Jakarta Selatan, Sudin Sumber Daya Air: 15 Menit Kering
ANTARA