TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono menduga saat ini sudah banyak orang di Indonesia yang terinfeksi Covid-19 varian Omicron. Namun mereka tidak terdeteksi karena tidak menunjukkan gejala.
Hingga saat ini, kata Pandu Riono, dia belum bisa memastikan apakah akan terjadi lonjakan kasus baru akibat transmisi lokal Omicron. Dia mengatakan jika banyak orang yang terinfeksi tapi tidak bergejala, lonjakan itu masih bisa diatasi.
“Kita nggak tau, kalau penularannya tinggi mungkin aja terjadi peningkatan kasus tetapi walaupun banyak orang tertular. Tapi kalau tidak bergejala kan nggak penting,” ujarnya saat dihubungi, Kamis 30 Desember 2021.
Menurut Pandu, tindakan yang harus dilakukan pemerintah adalah memonitor orang yang sakit dan menunjukkan gejala Covid-19. "Jadi bukan orang yang terinfeksi, tapi orang yang sakit masuk rumah sakit,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan menemukan ada kasus penularan atau transmisi lokal varian Omicron di Indonesia. Kini total terdapat 68 kasus Omicron di Indonesia.
Kemarin, Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi data kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia bertambah 21 orang. Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan 21 kasus baru itu merupakan pelaku perjalanan luar negeri yang terdiri dari 16 WNI, 5 WNA.
Negara kedatangan paling banyak adalah Arab Saudi, dan Turki. Sampai saat ini kasus Omicron di Indonesia kebanyakan dari pelaku perjalanan luar negeri. “Adanya kasus Omicron Indonesia karena adanya perjalanan dari beberapa negara seperti Arab Saudi dan Turki, sehingga masyarakat diimbau untuk mempertimbangkan berlibur ke sana,” kata Nadia dalam keterangan tertulis, 29 Desember 2021.
KHANIFAH JUNIASARI | TD
Baca juga: Satu Pasien Transmisi Lokal Omicron Sempat ke SCBD, Dinkes DKI Gelar Tracing