TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, menyatakan sangat menghormati proses diskusi soal calon presiden 2024 yang sedang dilakukan partai politik. Dia mengatakan percakapan dengan partai sedang terjadi.
"Enggak ada yang genit-genitlah. Ini persoalan yang serius, yang besar," kata dia di kawasan Jalan TB Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin, 26 September 2022.
Menurut dia, partai tengah serius memikirkan capres 2024. Anies sendiri menghormati proses tersebut dan sedang fokus menuntaskan tugasnya di pemerintah DKI. "Lebih baik saya tuntaskan dulu di sini sambil partai sedang berposes," ujar dia.
Sebelumnya, Anies beberapa kali memenuhi undangan dari partai politik. Misalnya, acara jalan sehat yang diselenggarakan DPW PKS DKI pada 21 Agustus 2022 dan perayaan HUT Partai Demokrat oleh DPD Demokrat DKI pada 9 September 2022.
Anies juga blak-blakan mengakui pertemuannya dengan petinggi PKS, Partai Demokrat, dan Partai NasDem dalam acara pernikahan putri anggota DPR RI, Sugeng Suparwoto.
Peneliti LIPI sebut elektabilitas Anies Baswedan turun setelah tak menjabat gubernur
Sebelumnya, Peneliti Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Rahardjo Jati mengatakan setelah Anies Baswedan lengser, ia mesti lebih aktif mendekati elite partai politik agar elektabilitas tidak turun.
"Hal yang mesti dilakukan oleh AB (Anies Basweda) adalah lebih proaktif dalam mendekati beberapa elite partai politik potensial. Hal tersebut menunjukkan keinginan kuat AB untuk dinominasikan sebagai kandidat definitif di depan para calon koalisi parpol," kata Wasisto, Selasa, 20 September 2022.
Lembaga Political Statistic atau Polstat mengeluarkan hasil survei terbarunya tentang elektabilitas calon presiden atau Capres 2024. Dalam survei itu, Anies bertengger di urutan ke-3 dengan 17,5%.
Lebih lanjut, Wasisto mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa elektabilitas Anies akan menurun ketika tidak lagi menjabat sebagai gubernur. Masa jabatan Anies akan berakhir di 16 Oktober 2022.
"Potensi turunnya popularitas itu dimungkinkan terlebih lagi karena AB dikenal karena menduduki jabatan gubernur Jakarta yang merupakan barometer politik Indonesia," tuturnya.
Menjadi kader partai politik atau intelektual
Untuk bisa mempertahankan dan meningkatkan elektabilitasnya, tambah Wasisto, Anies bisa melakukan dua hal: menjadi kader partai politik, atau menjadi intelektual publik lewat gagasannya.
"Saya pikir ada dua pilihan yakni masuk jalur politik dengan jadi kader suatu parpol, atau kembali menjadi seorang intelektual publik lewat gagasan kritisnya."
Ia memperkirakan, bahwa Partai Keadilan Sejahtera, Partai Nasional Demokrat, dan Partai Demokrat adalah partai-partai yang potensial mengusung Anies Baswedan menjadi calon presiden.
"Kalau dari peta politik sekarang, mungkin trio Nasdem-PKS-Demokrat yang potensial menominasikan AB (Anies Baswedan)," ucapnya.
"Namun demikian, posisi Nasdem ini masih tentatif karena parpol ini belum menentukan sikap mau berkoalisi ke mana," tambahnya.
Baca juga: Anies Baswedan Sebut Partai Sedang Serius Pikirkan Capres 2024
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.