TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit (RS) Salak yang berada di Jalan Sudirman No. 8, Kota Bogor, memiliki sejarah panjang. RS ini menjadi salah satu bukti jejak peninggalan Belanda di Tanah Air. RS Salak disebut-sebut sebagai rumah sakit tertua kedua yang ada di Kota Bogor setelah Rumah Sakit Umum PMI Bogor.
Menukil laman resmi RS Salak, awalnya RS Salak masih berupa unit kesehatan yang dibangun Pemerintah Belanda pada 19 Juni 1925. Rumah sakit militer atau militere hospital itu tak jauh dari Istana Bogor, Sekolah Regina Pacis yang dulu bernama klooter, dan Kantor Pos, seperti dikutip dari laman Kabupaten Bogor.
RS ini kemudian diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada Maret 1950. Saat itu, penyerahan dilakukan oleh Mayor Jenderal Dr. Simon, Direktur Jawatan Kesehatan Militer Tentara Kerajaan Hindia Belanda (MGD KNIL) kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.
Namun pada saat itu dikatakan, penyerahan Rumah Sakit Militer Bogor masih baru sebagian. Hanya ruangan laki-laki. Oleh karena, ruangan wanita dan kamar bersalin masih dipakai oleh Kesehatan Belanda untuk beberapa bulan ke depan.
Kondisi ruang rawat inap dan rawat jalan juga disebutkan masih sangat sederhana pada saat itu. Bangunan berdinding papan yang sudah tua dengan kapasitas rawat inap hanya 40 tempat tidur.
Pada awal penyerahan RS Salak, pelayanan kesehatan hanya ditunjukan kepada anggota militer dan keluarga. Namun pada 1960, atas petunjuk Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), RS TNI AD Salak Bogor dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum.
Selanjutnya: Beberapa kali ganti nama