TEMPO.CO, Semarang - Tohari atau Mbah Slamet, 45 tahun, dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah, merenggut nyawa 12 korbannya dengan memakai cairan potasium sianida atau potas.
Jenis racun tersebut diketahui setelah Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Jawa Tengah memeriksa dua belas barang bukti. "Jenis racun potasium sianida," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Iqbal Alqudusy pada Jumat, 7 April 2023 kemarin.
Penggunaan potas dalam kasus pembunuhan sering terjadi. Menurut catatan Tempo, potas seringkali juga digunakan untuk menangkap ikan oleh sejumlah nelayan nakal.
Mengutip Tempo, Kamis, 16 Maret 2023, potas disebutkan sebagai racun yang digunakan untuk menangkap ikan, baik di sungai, danau maupun perairan lainnya. Untuk memperoleh racun ini sangatlah mudah karena banyak dijual di toko pupuk maupun toko pancing.
Racun berjenis potas merupakan racun yang paling berbahaya dan memiliki efek yang sangat mematikan. Dalam waktu 3 hingga 4 jam ikan akan langsung mati, sebab racun ini menyerang pembuluh darah jantung, menutup aliran darah sehingga ikan kolap dan mati.
Mengutip dari artikel berjudul “Pembius Ikan” yang ditulis oleh Gondo Puspito dari Institut Pertanian Bogor, penggunaan potasium juga berbahaya untuk kelangsungan hidup terumbu karang. Sekitar 75 persen kerusakan terumbu karang di Indonesia diperkirakan akibat semprotan maut dari potasium dan bahan peledak.
Sekali semprot saja, tulis dia, potasium bisa merusak bermeter-meter terumbu karang, dan parahnya biasanya para oknum nelayan ini menghabiskan setengah kilogram potasium sianida untuk menangkap ikan dalam sehari.
Warna karang yang terkena potas akan mengalami perubahan menjadi putih, lalu lama kelamaan karang akan mati. Bila terumbu karang rusak, ikan akan kehilangan habitat dan ikan menjadi sulit berkembang biak.
Selanjutnya: Illegal destructive fishing