TEMPO.CO, Jakarta - Melan, perempuan usia 43 tahun itu mengungkapkan kesedihan atas kehilangan putrinya karena kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Dia berandai-andai bisa menukar harta benda yang dimiliki asalkan nyawa anaknya kembali.
"Biar saya ambil rumah saya apapun yang ada. Saya tukar, asal nyawa anak saya kembali lagi," ujar Melan saat bercerita hingga menititikan air matanya, ketika ditemui di Jalan Koramil, Plumpang, Jakarta Utara, Rabu, 7 Juni 2023.
Dia kehilangan putrinya bernama Nayla Armia Putri, 17 tahun, yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Remaja perempuan itu dikenal oleh ibunya sebagai anak yang baik, giat belajar, dan ingin mengejar cita-citanya.
Sebelum kebakaran, anaknya mengingatkan adanya bau menyengat di luar. Dugaan awal, tetangganya sedang merenovasi dan ada bau dari cat.
Tidak lama kemudian, Melan bersama ayah dan ibu beserta anaknya pun bergegas keluar rumah menyelamatkan diri.
"Kejadiannya cepat banget. Saya enggak tahu, memang di dalam rumah saya itu saya enggak tahu bahwa di luar ada bau," katanya.
Namun, Nayla menjadi salah satu korban menderita luka bakar dan harus dirawat selama dua pekan di Rumah Sakit Pertamina. Melan masih ingat apa yang diucapkan oleh anaknya sebelum menghembuskan napas terakhir.
"Dua minggu dirawat di Pertamina, 'Ma, saya enggak kuat, Ma'. Dia ngomong begitu. Masing ngobrol sama saya. Saya semangati terus, 'Kamu harus kuat, kamu punya iman, kamu harus kuat ya'. Tapi, Allah berkehendak lain. Saya ikhlas dengan ini," katanya dengan perasaan sedih yang mendalam.
Kini dia hanya menanti pertanggungjawaban dari PT Pertamina (Persero) setelah tiga bulan kejadian kebakaran. Di hadapan awak media, dia memohon agar pihak perusahaan pelat merah ini membuka hati nurani.
Penyebab kebakaran Depo Pertamina Plumpang ini duduga karena kebocoran pipa bahan bakar minyak pada Jumat, 3 Maret 2023. Api melalap rumah warga sekitar dengan cepat hingga terdengar ledakan keras dari sekitar lokasi.
Pilihan Editor: Warga Korban Kebakaran Depo Plumpang Beri Tenggat Sebulan ke Pertamina Bahas Ganti Rugi