TEMPO.CO, Jakarta - Museum Nasional kebakaran pada Sabtu malam, 16 September 2023.
Hingga saat ini belum ada kesimpukan resmi dari kepolisian tentang penyebab kebakaran. Namun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan untuk menutup Museum Nasional hingga setahun ke depan.
Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasionak ndonesia (MNI) telah mengidentifikasi 243 koleksi dari 817 koleksi yang terkena dampak usai insiden kebakaran museum.
Pelaksana tugas Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB) Ahmad Mahendra mengatakan tim akan terus bekerja dan berupaya penuh menangani proses evakuasi, identifikasi dan restorasi koleksi benda serta bangunan bersejarah.
Tempo menemui Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Bondan Kanumoyoso, untuk menanyakan pendapatnya soal kebakaran Museum Nasional.
Dari kasus kebakaran tersebut, ia mendorong pemerintah agar meningkatkan standar pengamanan museum sekaligus mendesak pemerintah membentuk regulasi baru yang menguatkan perlindungan dan pengelolaan museum.
“Tentu saja peningkatan standar pengamanan ya. ini seharusnya ada suatu langkah-langkah konkrit untuk menyusun kembali, mungkin undang-undang. Kalaupun nggak bisa undang-undang, maka peraturan lain tentang bagaimana seharusnya museum itu diamankan dan dikelola,” kata Bondan kepada TEMPO saat ditemui pada Rabu, 20 September 2023 di Kampus UI, Depok.
Bondan menyampaikan bahwa peristiwa kebakaran yang disebabkan oleh kurang optimalnya pengamanan museum ini cukup mengejutkan, sebab kebakaran seharusnya bisa dicegah.
“Ketika terjadi musibah ini kita seperti terhentak kaget. Ternyata kok bisa terjadi di tempat yang seharusnya memiliki suatu tingkat pengamanan yang tinggi justru ada suatu musibah yang seharusnya tidak boleh terjadi di sana, yaitu kebakaran,” lanjutnya.
Bondan juga mengingatkan bahwa kebakaran Museum Nasional bukan merupakan kasus kebakaran yang menimpa museum untuk pertama kalinya. Pada tahun 2018, Museum Bahari juga pernah terbakar. Baginya, perlu ada evaluasi atas musibah yang terjadi di permuseuman Indonesia.
“Kalau yang terjadi di Museum Bahari tidak menjadi pembelajaran dan apa yang terjadi di Museum Nasional kita anggap sebagai hal yang lazim, bahwa kita merasa bahwa yang rusak hanya sedikit, itu bahaya sekali,” tegas Bondan.
Bagi Bondan, sikap meremehkan musibah yang terjadi pada museum dapat menjadi ancaman di masa depan. Ia mendorong pemerintah agar mengevaluasi kebijakan permuseuman sebab museum penting bagi peradaban.
Menurut dia, sikap meremehkan berpotensi mendatangkan musibah yang lebih besar di masa yang akan datang. Karena itu, kata dia, ini adalah momen untuk mengevaluasi kembali kebijakan permuseuman.
Museum, kata dia, harus diposisikan sebagau bangunan yang seharusnya memiliki standar sebagai bangunan strategis yang selama ini sudah diterapkan pemerintah di berbagai macam fasilitas bangunan pemerintahan yang dianggap penting. "Museum itu nggak kalah pentingnya karena pusat peradaban,” ujarnya.
Pilihan Editor: Kebakaran Museum Nasional, Guru Besar UI: Peniruan Atas Artefak yang Rusak Adalah Pemalsuan