TEMPO.CO, Jakarta - Kematian petugas Imigrasi Tri Fattah Firdaus 23 tahun, menyisakan teka-teki motif pembunuhan terhadap pria yang semasa hidupnya menggeluti olaharga karate itu. Tri dikabarkan tewas diduga dilempar WN Korea Selatan dari lantai 19 sebuah apartemen di Tangerang.
Dihubungi Tempo, Muhammad Fadhil, guru karate Fattah, menceritakan bagaimana sosok pria itu semasa bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 211 Jakarta. Fadhil mengatakan mengenal Fattah sejak tujuh tahun lalu saat dia menjadi senpai di Dojo 211.
"Fattah tekun saat karate di Dojo 211 walaupun saya tegas dan galak saat mengajar, tapi Fattah tetap tegar dan tetap maju terus,"kata Fadhil melalui komunikasi pribadi Instagram, Senin, 30 Oktober 2023.
Fattah juga sudah beberapa kali ikut kejuaraan kelas junior. "Fattah terakhir kali sudah mencapai sabuk biru sampai akhirnya harus berhenti karate karena harus fokus ujian akhir sekolah pada saat itu,"ujar Fadhil.
Pelatih karate itu bersedih hati mendengar Fattah meninggal dengan cara tak wajar. "Sebagai mantan Senpai-nya, jujur saya sangat bangga dengan Fattah bisa menjadi orang sukses, tapi yang saya sesalkan kenapa saya harus tahu Fattah sudah menjadi orang melalui berita memilukan seperti ini," kata Fadhil.
Fattah, yang belakangan diketahui sebagai staf Keamanan dan Ketertiban Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta, ditemukan tewas di lantai 19 Aparteman Metro Garden Kelurahan Parung Jaya Karang Tengah Kota Tangerang, pada Jumat dini hari 27 Oktober 2023.
Semasa hidupnya, Fattah adalah lulusan SMP 211 Jakarta. Dia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tentang sekolahnya di SMK itu disampaikan kawan sekolahnya melalui unggahan dukacita di akun resmi Rudenim Jakarta.
Akun @farhan_scooter menulis; "innalilahi wainalilahi rojiun, teman seperjuangan waktu SMK". Belum diketahui Fattah alumni sekolah kejuruan mana.
Selepas SMK, pada 2019 Fattah mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (PDCPNS) dan kemudian ditempatkan di Rudenim Jakarta Barat. Penyelenggara PDCPNS itu adalah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Hukum dan HAM. Dia ditempatkan sebagai staf Keamanan dan Ketertiban Rumah Detensi Imigrasi Jakarta hingga akhir hayatnya.
Paman korban, Kusnaedi, yang ditemui di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) ditemukannya jasad Fattah menyatakan bahwa keponakannya itu adalah pegawai negeri. Namun dia hanya tahu keponakannya tersebut bekerja di Kantor Imigrasi.
Kusnaedi menuturkan, Fattah memang jarang pulang ke rumah. Menurutnya, keponakanya itu pulang setiap tiga hari sekali. Namun, dia tidak tahu di mana pemuda itu tinggal di mana ketika tidak pulang ke rumah. "Pulangnya setiap 3 hari sekali," kata Kusnaedi.
Kusnaedi syok ketika menerima informasi keponakannya telah tewas terjatuh dari lantai 19 Apartemen Metro Garden. Dia juga mengaku tidak tahu hubungan Fattah dengan WNA Korea Selatan (Korsel) berinisial KH yang diduga melemparnya hingga jatuh.
Warga Negara Korea Selatan itu diduga melempar petugas imigrasi dari lantai 19 Metro Garden Karang Tengah, Kota Tangerang. Kasus tersebut masih dalam penanganan Polda Metro Jaya.
AYU CIPTA
Pilihan Editor: Top 3 Metro: Temuan Mayat Bapak-Anak Membusuk di Koja, Fakta Penting Kasus Petugas Imigrasi Diduga Dilempar dari Lantai 19