TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perempuan berinisial AF, usia 18 tahun, mengungkap kepribadian A, usia 17 tahun yang mengalami perundungan di luar sekolahnya. A adalah siswa laki-laki dari Binus School Serpong, Tangerang yang kisahnya viral lewat media sosial X pada Senin, 19 Februari 2024.
Sebab, tak lama setelah berita itu viral, sebuah akun di media sosial menuding A pernah melakukan pelecehan seksual terhadap teman perempuannya. “Kalau misalnya dia genit pun, harusnya saya juga digenitin, tapi selama ini nggak pernah sih, kami main, main aja,” kata AF saat dihubungi Tempo pada Selasa, 20 Februari 2024.
AF mengaku tak tahu kebenaran soal tudingan yang beredar di X jika korban pernah melakukan pelecehan. AF sebagai teman di luar sekolah A mengaku sering main bersama korban dan tidak ada masalah. “Kami kalau main bareng bercanda-bercanda, ngobrol-ngobrol, sharing-sharing aja,” kata dia.
Terlepas dari tuduhan itu AF menilai perundungan yang dialami korban tetap tidak dapat dibenarkan. Menurut dia, itu adalah perilaku yang tidak etis apalagi sampai direkam untuk dijadikan bahan candaan.
Terungkapnya Kasus Perundungan
Kasus perundungan di Binus Serpong yang dilakukan oleh belasan senior ke juniornya viral setelah akun @BosPurwa membagikan informasinya di X, dulu Twitter pada Senin, 19 Februari 2024. Postingan itu berisi sebuah tangkapan layar yang menceritakan kronologi kejadian perundungan.
Berdasarkan tangkapan layar, aksi itu dilakukan oleh sekelompok orang remaja yang menamakan diri sebagai Geng Tai atau GT. “Kelompok ini telah berlangsung selama 9 generasi dan dimulai pada masa sekolah menengah atas,” dilansir dari tangkapan layar yang @BosPurwa sebar di X pada Senin, 19 Februari 2024.
Dalam subkultur GT, senior atau kelas 12 disebut dengan ‘agit’. Merekalah yang bertugas merekrut para anggotanya. Ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan sebelum masuk menjadi anggota. Jika tidak mengikuti perintah dari para penghasut, mereka harus mendapat tekanan dari teman sebaya. Seringkali, penolakan itu berujung dengan pemukulan.
Proses pelantikan, atau yang mereka sebut dengan ‘tataran’ itu dilakukan di warung tempat mereka nongkrong. Salah satu warung yang sering mereka kunjungi adalah Warung Ibu Gaul atau WIG. Letaknya tak jauh di belakang sekolah mereka.
Geng Tai memberikan imbalan kepada para anggotanya, bisa berupa uang atau tempat parkir di dekat Binus Serpong, sekolahnya. Namun, imbalan yang paling menggiurkan adalah, naiknya status atau derajat anggota di sekolah.
AF berujar ada status hierarki yang lebih tinggi ketika siswa laki-laki bergabung dengan geng tersebut. Oleh karena itu, A yang masih duduk di kelas 1 SMA tergiur dengan keuntungan tersebut.
Pada tanggal 2 Februari 2024, A mengaku kepada AF, sudah melakukan tataran dan diterima dalam geng. A bahkan menunjukkan bukti lebam di tubuhnya, tapi luka itu belum parah.
Beberapa hari kemudian, tepatnya Selasa, 13 Februari 2024, para agit menyuruh A ke WIG pukul 15.00 tanpa alasan yang jelas. Menurut AF, saat itu A dijebak sebab harus melakukan tataran kembali yang tingkatannya jauh lebih parah. “Tatarnya kali ini udah beda banget, udah bener-bener kayak penganiayaan,” ucap AF.
Meskipun tak melihat kejadian secara langsung, AF menjelaskan terdapat beberapa luka di tubuh A. Misalnya, bekas sundutan rokok di pundak belakang dan bekas luka bakar di lengan kiri A. Ia juga mengeluh kesakitan di bagian perut, tulang belakang, dan tulang iga. Sakitnya lebih terasa di bagian leher akibat dicekik. A juga mengaku ditendang dan dipukul sehingga mengakibatkan luka lebam.
Pilihan Editor: Binus School Serpong Terapkan Zero Tolerance Policy, Pelaku Perundungan Sudah Bukan Bagian Komunitas Sekolah