Pedagang Burung dan Pembeli Disebut Perlu Sosialisasi
Davina Veronica tak mengelak bahwa praktik perdagangan burung seperti ini berkelindan dengan ketidaktahuan masyarakat dan penjual tentang animal welfare atau kesejahteraan hewan. Dia mengatakan sebagian masyarakat saat ini masih menganggap hewan sebagai komoditas. Dianggap sebagai pandangan yang tak benar, Davina menilai masyarakat dan penjual mesti mendapat sosialisasi dan penyadaran bahwa binatang memiliki kesamaan seperti manusia.
“Dengan perusahaan menolak, akan tertutup satu keran aliran untuk tidak mengakomodir orang-orang yang membeli burung untuk dijadikan kado. Dengan begitu maka orang akan stop beli-beli burung atau hewan apapun untuk dijadikan kado atau parcel,” kata Davina.
Oleh karena itu, Davina berharap ada pihak atau lembaga yang mengawasi jaringan perdagangan binatang seperti ini. Menurut dia, praktik yang telah terjadi dari hulu ke hilir ini akan terus berlangsung apabila tak ada pengawasan, apalagi ketika masih ada permintaan dari pembeli.
Davina Veronica saat menghadiri Kampanye Menghentikan Perdagangan Daging Anjing di Indonesia di Kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (30/4). TEMPO/Nurdiansah
Tapi memang jaringan ini rumit sekali ya. Burung itu masih terus ada dan dijual karena adanya permintaan, karena ada yang beli. Selama permintaan itu ada maka hewan itu, dalam konteks ini lovebird, akan terus diperdagangkan,” kata Davina.
Dalam keseimbangan ekosistem di bumi, Davina menyebut aktivitas burung yang menyebar benih untuk tumbuhan akan menghasilkan alam asri dan sehat. Benih atau serbuk ini, kata dia, dibutuhkan tanaman dan pohon untuk berkembang dan hidup. Davina menyebut hubungan alam dan manusia akan saling berkelindan.
“Bayangkan jika burung itu tidak ada di alam maka tumbuhan itu pun akan mati. Dan pada akhirnya akan berimbas kepada manusia. Semua yang ada di bumi ini saling terhubung satu dengan yang lain. Semua mahluk hidup itu ada karena adanya eksistensi mahluk hidup lainnya,” kata Davina.
Tempo telah menghubungi Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Satyawan Pudyatmoko untuk meminta tanggapan atas fenomena burung lovebird sebagai hampers lebaran. Awalnya, Satyawan akan memberikan jawaban pada Kamis, 4 April 2024. Namun, Sastyawan mengalihkan jawaban ke Kepala Biro Hubungan Masyarakat pada Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Nunu Anugrah. Hingga laporan ini diterbitkan, Nunu Anugrah belum merespons pesan Tempo.
Pilihan Editor: Ganjar Berikan Hadiah Sepasang Lovebird Kepada Cak Imin, Benarkah Burung Ini Lambang Kesetiaan?