TEMPO Interaktif, Tangerang Selatan - Ancaman banjir menghantui wilayah Kota Tangerang Selatan, sebab resapan air di kota yang baru terbentuk itu saat ini telah menyusut hingga 20 persen. ”Penyusutan mencapai 20 persen lebih,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bina Marga Tangerang Selatan, Dendi Pryandana, hari ini.
Dendi mengatakan penyusutan itu dilihat dari berkurangnya lahan situ-situ yang ada di Tangerang Selatan. Menurutnya, sembilan situ di kota seluas 14 hektare itu rata-rata sudah menyusut, di antaranya Situ Antap, Situ Parigi, Situ Tujuh Muara, Situ Pamulang dan Situ Gintung. "Sembilan situ tersebut sebagian lahannya sudah berkurang,” katanya.
Gencarnya pembangunan perumahan oleh pengembang diduga sebagai penyebab hilangnya lahan situ tersebut. Contohnya Situ Antap, Rempoa, Ciputat, yang lahannya sudah rata dengan tanah dan akan dibangun perumahan mewah.
Selain itu, kondisi Situ Gintung yang jebol pada Maret 2009 lalu dan hingga kini belum difungsikan karena sedang dalam pembangunan juga turut menyumbang terjadinya banjir di wilayah itu.
Berkurangnya wilayah resapan air semakin mengancam kota berpenduduk 1,2 juta jiwa itu dengan musibah banjir. Pemerintah daerah setempat telah berupaya untuk mengantisipasi terjadinya banjir dengan program pembersihan saluran, membuat tandon air, mengeruk sungai dan kali yang ada di Tangerang Selatan.
Baca Juga:
Untuk program itu, kata Dendi, telah dianggarkan dana sebesar Rp 3 miliar. ”Selain itu, kami akan membangun sodetan-sodetan, normalisasi situ dan sungai,” Dendi menambahkan.
Hingga kini, kata Dendi, ada tujuh titik banjir yang diwaspadai, di antaranya di perumahan Bukit Pamulang Indah, Jurangmangu Timur, kawasan Reni Jaya.
Penyebab banjir di sekitar titik itu karena air yang tidak bisa keluar akibat minimnya resapan (penampung air) sehingga air terlalu cepat mengalir ke sungai. Sementara kapasitas sungai terbatas dan air sungai pun meluap. Minimnya resapan air disebabkan pembangunan di wilayah tersebut tidak diimbangi dengan penyediaan ruang terbuka hijau yang bermanfaat untuk resapan air.
Berdasarkan topografi wilayah Tangerang Selatan elevasinya menurun, di mana air mengalir dari selatan ke utara menuju wilayah Kota Tangerang. Air mengalir ke Sungai Cisadane, Angke dan Pesanggrahan.
Melihat kondisi ini, Komisi D Bidang Pembangunan DPRD Tangerang Selatan meminta agar pemerintah setempat menahan izin pembangunan yang sifatnya besar karena dikhawatirkan pembangunan tidak terkendali sehingga akan saling menabrak tata ruang Tangerag Selatan. ”Tata ruang saja belum dibentuk, tapi pembangunan terus berlangsung,” ujar anggota Komisi D, Al Mansur.
Menurut Al Mansur, pembangunan perumahan, kawasan bisnis dari pertokoan hingga mal di wilayah Tangerang Selatan saat ini sangat marak dan seperti membabi buta. Padahal, secara geografis lahan di Tangerang Selatan sudah sangat terbatas. ”Kalau dibangun semua, mana lahan untuk resapan air dan daerah terbuka hijaunya,” kata dia.
Komisi D, ia meneruskan, mengusulkan agar bagian perizinan menahan dulu izin pembangunan yang sifatnya makro sebelum rencana umum tata ruang Tangerang Selatan disahkan.
JONIANSYAH