TEMPO Interaktif, Jakarta - Berbagai artefak berupa keramik Batavia Ware dan Gauda, yaitu sejenis pipa penghisap rokok yang biasa digunakan oleh warga Belanda ditemukan Unit Pelayanan Teknis Kota Tua.
"Ada sekitar 20 artefak yang kami temukan dalam penggalian di sekitar Hotel Omni Batavia," uja Ketua UPT Kota Tua, Candrian Attahiyyat saat ditemui Tempo di ruang kerjanya, Jumat (19/11).
Puluhan artefak itu itu menurut Candrian kemungkinan besar adalah peninggalan jaman Batavia. "Kami belum bisa memastikan umur artefak itu, tapi gauda adalah pipa rokok yang biasa dipakai orang Belanda jaman dulu," katanya. Selain itu, penggalian yang melibatkan 5 orang arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional itu juga menemukan sejumlah struktur pondasi bangunan peninggalan jaman Batavia.
Sebenarnya, menurut Candrian, tujuan penggalian di sekitar Hotel Omni Batavia itu untuk mencari situs peninggalan jaman Jayakarta. Namun sayang usaha itu masih belum membuahkan hasil. "Kami sedang mencari situs dan peninggalan jaman Jayakarta, yaitu jaman sebelum Batavia, yang tampaknya hingga sekarang masih belum jelas bentuk strukturnya seperti apa, bahkan terkesan terlupakan," katanya.
Jayakarta adalah kerajaan kecil dibawah pemerintahan Banten yang berdiri sejak 1527 namun dihancurkan oleh Belanda pada 1619. Setelah menghancurkan Jayakarta selanjutnya Belanda membangun kota Batavia tepat di samping bekas reruntuhan Jayakarta.
Pada 1912, JW Iyzerman membuat peta rekonstruksi keberadaan Jayakarta. Dalam peta tersebut disebutkan bahwa bekas kerajaan Jayakarta ada di sekitar Hotel Omni Batavia. "Berdasarkan peta tersebut kami lakukan penggalian pencarian situs Jayakarta, sudah kami lakukan sejak 2 pekan lalu," kata Candrian.
Namun pencarian itu tidak mudah karena lahan yang diduga merupakan bekas tempat berdirinya kerajaan Jayakarta saat ini sudah penuh dengan bangunan. "Jadi kami hanya menggali di lahan kosong sela bangunan saja, tanah di sana juga sudah dipenuhi oleh pipa saluran air dan kabel, penggalian susah dilakukan," katanya.
Selain itu struktur tanahnya sudah teraduk-aduk oleh penggalian kabel, pipa, atau pondasi bangunan menyebabkan arkeolog kesulitan untuk mendeteksi usia artefak yang ditemukan.
AGUNG SEDAYU