TEMPO Interaktif, Tanggerang - Balai Karantina Tumbuhan Bandar Udara Soekarno Hatta memusnahkan belasan ribu kilogram bibit tanaman impor. Bibit tanaman senilai Rp 2 miliar ini dimusnahkan dengan cara dibakar pada Jumat, 14 Oktober 2011.
Kepala Karantina Pertanian Soekarno Hatta, M. Musyaffak Fauzi, mengatakan pemusnahan dilakukan karena bibit tanaman itu terpapar organisme penganggu, yaitu bakteri pseudomonas syringae pv.syringae, pantoea stewartil dan OPTK A2 golongan 1 yaitu pantoe aglomerans. ”Penyakit-penyakit ini dapat mengancam mengurangi produksi pertanian,” ujarnya disela-sela pemusnahan.
Adapun bibit tanaman yang dimusnahkan berupa, 7.850 pcs atau 4 koli bibit bunga krisan asal Uganda yang diekspor melalui Belanda, benih jagung 12.035 kilogram dari Thailand, benih padi 108 kilogram dari India dan Singapura.
Menurut Fauzi, penyakit bacterial cancer pada jagung yang disebabkan oleh pseudomonas syringae pv.syringae. Ini merupakan penyakit yang dapat mengancam mengurangi produksi jagung sampai 40 persen. Dampak yang ditimbulkan dari bakteri ini, kata Fauzi, sangat besar.
Bila luas tanaman Jagung 3,35 juta hektare dengan produksi 3,4 ton per hektare maka total produksi berkurang mencapai 4,5 juta ton. "Apabila harga satu ton jagung Rp 2,5 juta maka kerugian bisa mencapai Rp 11 triliun,” katanya.
Bakteri pseudomonas syringae pv.syringae, Fauzi melanjutkan, dapat bertahan di tanah dan di sekitar tanaman inang. Iklim di Indonesia sangat cocok bagi perkembangan penyakit tersebut. Fauzi menambahkan, karantina pertanian selalu memperketat bibit tanaman impor.
Ia mengakui jika tumbuhan yang dikonsumsi pengawasannya sedikit longgar karena tidak terlalu beresiko. Ia mencontohkan, tanaman kentang yang diperuntukkan untuk langsung dikonsumsi proses pemeriksaan di Karantina tidak seketat dengan bibit kentangnya.
JONIANSYAH