TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh anak membuat cemas orang tua yang memiliki anak kecil. Untuk mencegah timbulnya masalah serupa, psikolog anak, Tika Bisono, mengatakan anak perlu mendapat pendampingan, antara lain dari wali kelas dan bimbingan konseling di sekolah.
"Sistem wali kelas dan bimbingan konseling (BK) harus dijalankan kembali," ujar Tika kepada Tempo melalui sambungan telepon, Selasa, 21 Februari 2012.
Menurut pengamatannya selama ini, sistem wali kelas dan BK sudah tidak berjalan di beberapa sekolah. Sistem wali kelas tidak dijalankan sehingga menyebabkan BK kesulitan mendampingi anak yang bermasalah. "Repotnya, dua pembimbing konseling harus mengurus ratusan anak," kata Tika mencontohkan salah satu sekolah swasta di Jakarta.
Wali kelas dapat mendampingi dan membimbing anak secara langsung serta perlu mengenal watak dan perilaku anak. "Pasti ada satu-dua anak yang membutuhkan pendampingan khusus. Tindakan itu diperlukan peranan wali kelas dan BK," kata Tika.
Sistem wali kelas dan BK diharapkan mampu mendampingi anak mengajari mekanisme pengelolaan emosi. Kondisi labil anak sangat memerlukan arahan yang baik dari orang dewasa. Penayangan berita-berita kriminal pada jam-jam utama bisa mempengaruhi emosi anak.
"Apabila tidak dilakukan pendampingan, anak-anak akan sulit mengelola emosi dan agresifitasnya," ujar Tika.
Maraknya masalah kekerasan anak ini muncul setelah terjadi kasus penusukan di daerah Puri Pesanggrahan 1, perumahan Bukit Cinere Indah, Depok, Jawa Barat, pada Jumat, 17 Februari 2012 pagi. Kejadian penusukan bermula pada Kamis, 16 Februari 2012, ketika AMN tidak terima Syaiful Munif meminta telepon seluler yang dicuri AMN untuk dikembalikan. Keesokan harinya, AMN menjemput Syaiful berangkat sekolah. Ternyata, dalam perjalanan, AMN tega menusuk Syaiful dan membiarkan korban terkapar di got. Setelah ditemukan oleh satpam, Syaiful langsung dilarikan ke Rumah Sakit Prima Husada.
INU KERTAPATI