TEMPO.CO, Jakarta -Ratusan penumpang terlantar di pintu tol Jatibening menuju arah Jakarta karena petugas lalu lintas melarang bus atau kendaraan berhenti di daerah Jatibening. Padahal penumpang yang rata-rata tinggal di Bekasi dan sekitarnya biasa transit di tempat itu untuk melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
"Kami sudah biasa transit di sini, namun kenapa tiba-tiba ditutup," ujar Endang, salah satu warga pada 21 Maret 2012 di daerah pintu tol Jatibening.
Menurutnya larangan transit ini terkesan dadakan. Pegawai di salah satu perusahaan swasta ini sudah tahunan transit di pintu tol Jatibening ini. Akibat larangan itu, ia merasa akan terlambat sampai di kantornya di daerah Sudirman.
Hal yang sama juga diakui seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan yang tidak mau disebutkan namanya. Ibu guru yang akan mengajar di Lebak Bulus ini juga merasa penertiban ini dadakan. "Ini sangat tiba-tiba, harusnya ada sosialisasi dahulu," ujarnya.
Menurut ibu yang tinggal di Pondok Kelapa ini, penertiban bis itu baik agar tidak terjadi kepadatan, namun seharusnya ada sosialisasi terlebih dahulu. Ia menyayangkan penertiban ini, karena ia akan terlambat sampai di kantornya yang dimulai pukul 7 pagi. "Saya sudah puluhan tahun transit di sini, jadi telat deh saya," ujarnya.
Sejak pukul lima pagi tadi, puluhan polisi lalu lintas menertibkan mobil atau bis-bis yang hendak berhenti di pintu tol Jatibening. Biasanya mobil dan bis-bis berhenti untuk menurunkan penumpang yang hendak menaiki bis jurusan yang berbeda.
Dari pantauan Tempo, polisi lalu lintas tersebut memberikan batas segitiga merah dan tali sepanjang bahu jalan di daerah bawah jembatan tempat penumpang transit. Mereka melarang kendaraan-kendaraan tersebut untuk berhenti dan memberikan tanda agar kendaraan terus melaju.
Namun masih ada kendaraan yang menurunkan penumpangnya di daerah itu. Ada pula beberapa bis yang terburu-buru menaikkan penumpangnya.
MITRA TARIGAN