TEMPO.CO, Jakarta : Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, belakangan terganggu akibat adanya aksi unjuk rasa menentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk mengantisipasi gangguan itu para pengusaha mengubah pola kerja dari siang menjadi malam hari.
"Ada kekhawatiran unjuk rasa mengganggu proses bongkar muat. Jadi dialihkan pada malam hari," kata Sofyan Gumelar, Humas PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok, Kamis, 29 Maret 2012.
Menurut Sofyan, antrean truk-truk trailer pengangkut peti kemas sudah terlihat sejak Selasa lalu. Antrean truk terjadi di pintu-pintu masuk menuju pelabuhan, yaitu di Pintu 1 dan 3 di Jalan R.E. Martadinata, serta di Pintu 9 di Jalan Raya Jampea.
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian agar antrean truk tidak mengganggu aktivitas masyarakat pengguna jalan di luar pelabuhan," ujarnya.
Perubahan jadwal itu sendiri sama sekali tidak mengganggu aktivitas bongkar-muat. Sebab, sarana dan prasarana di pelabuhan, baik petugas, peralatan, maupun lapangan cukup tersedia. Setiap hari rata-rata ada 6.000 truk keluar-masuk ke areal pelabuhan untuk bongkar-muat barang.
Sebenarnya terjadinya antrean trailer disebabkan juga oleh kegiatan pengecoran jalan sepanjang 200 meter di area pelabuhan, tepatnya di Jalan Pulau Payung yang menghubungkan Pintu 1 menuju Pintu 3. Sofyan memprediksi,kondisi tersebut akan berlangsung hingga akhir pekan ini.
Kepala Satuan Lalu lintas Polres Jakarta Utara, Komisaris Tri Suhartanto, mengatakan hingga pukul 08.30 tadi antrean sepanjang 500 meter masih terlihat di Pintu 1 Pelabuhan. "Puncak antrean biasanya terjadi sejak tengah malam hingga dini hari," ujarnya. Sementara itu sekitar pukul 12.00 siang kondisi di pintu-pintu masuk pelabuhan telah normal.
PINGIT ARIA