TEMPO.CO, Jakarta - Setiap Jakarta diguyur hujan lebat, sejumlah jalan utama tak luput dari banjir. Curah hujan yang tinggi membuat genangan air meluber sampai ke jalan-jalan, tak terkecuali di Jalan Sudirman dan Thamrin yang terletak di jantung Ibu Kota.
Hujan selama akhir pekan kemarin membuat titik banjir kembali bertambah. Pengamat tata kota, Yayat Supriatna, menyarankan sebaiknya Pemerintah Provinsi DKI mengevaluasi drainase yang ada saat ini. “Kenapa fungsinya berkurang? Di mana salahnya? Harusnya Dinas Pekerjaan Umum membenahi drainase yang ada,” kata pria yang juga planolog Universitas Trisakti, Selasa, 25 Desember 2012.
Dia menyayangkan drainase di jalan utama, seperti Jalan Sudirman dan Thamrin, tidak bekerja efektif. Padahal, pembuatan gorong-gorong di ruas jalan tersebut sempat merepotkan lalu lintas warga Ibu Kota sejak akhir tahun lalu hingga pertengahan tahun ini.
Menurut dia, Dinas Pekerjaan Umum tidak bisa menyalahkan faktor curah hujan tinggi sebagai penyebab banjir. Yayat menyebut drainase Jakarta tidak disiapkan untuk menghadapi perubahan curah hujan.
Apalagi, menurut Yayat, drainase Jakarta sekarang sebagian besar adalah peninggalan masa lalu. Banyak faktor yang bisa menyebabkan daya tampung drainase berkurang, misalnya terjadi sumbatan sampah, sedimentasi, penyempitan, penutupan untuk lahan parkir, toko, dan rumah.
Selain drainase mikro, drainase makro juga menjadi sorotan. Yayat menyebut pompa banjir seperti di Waduk Melati, Pintu Air Karet, Istana, dan Cideng Jakarta Pusat sudah kelebihan kapasitas. “Harusnya pompa ditambah untuk kawasan seperti Jalan Arteri (Pondok Indah) dan Senayan," ujarnya.
Yayat berharap penanggulangan banjir di jalan-jalan utama dilakukan seperti penanganan banjir tol bandara dulu. Saat itu, kata dia, difungsikan pompa-pompa bergerak.
ATMI PERTIWI
Berita terpopuler lainnya:
Terluka Saat Bercinta, PNS Ini Tuntut Kompensasi
Fakta tentang Natal yang Sedikit Diketahui Orang
Swaziland Penjarakan Pengguna Rok Mini