TEMPO.CO, Jakarta - Bau busuk bercampur anyir menguar dari tepian Kali Mookervart yang mengalir di sepanjang Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Di sana, tampak tiga eskavator sedang bekerja mengeruk sedimen di dalam kali yang menampung air dari daerah Kebon Jeruk dan Kedoya pada Jumat, 22 November 2013.
Di pinggir kali, tampak lumpur dan sampah yang berwarna hitam mengkilat. Masih basah, pertanda baru saja dikeluarkan dari dalam kali.
Gubernur Joko Widodo menggeleng-gelengkan kepala melihat pemandangan itu. "Coba, sudah berapa puluh tahun ini tidak dikeruk," ujar dia di pinggir kKli Mookervart, Jumat.
Tidak lama, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudy Siahaan yang mendampinginya berkata, "Kalau lihat seperti ini, kemungkinan isinya limbah B3, Pak, berbahaya," ujar Rudy di Daan Mogot, Jumat.
Limbah B3 adalah limbah bahan berbahaya dan beracun. Jika bersentuhan dengan kulit manusia, bisa menimbulkan penyakit. Dia memperkirakan sejumlah bahan berbahaya itu berasal dari limbah pabrik dan rumah tangga yang berada di sekitar sungai Mookervart.
Santi, 48 tahun, mengatakan bahwa memang ada sejumlah pabrik di daerah Kedaung Kali Angke. "Ada pabrik es, pabrik cat juga ada," kata ibu beranak tiga itu, Jumat.
Saat banjir besar melanda Jakarta pada Januari dan Februari 2013 lalu, rumahnya terendam hingga setinggi dada. "Waktu itu, banyak yang sakit kulit," ujarnya.
Kali Mookervart memang rawan meluap. Jika hujan besar melanda, permukaan air biasanya naik dan membanjiri sejumlah titik di Daan Mogot dan wilayah di sekitarnya. Rupanya, kedalaman kali itu kini tak lebih dari 1 meter. Padahal, idealnya kali itu memiki kedalaman antara 4-5 meter.
ANGGRITA DESYANI