Lepas melewati gedung setan, bus pariwisata melaju melewati lapangan Banteng. Dia pun bercerita asal-usul tempat tersebut. Pemerintah Belanda memfungsikan sebagai tempat latihan militer. Di situ, katanya, dulu juga ada kandang hewan, seperti kuda. "Jadi, lapangan Banteng ini jadi semacam tempat tentara kavaleri," kata dia.
Menjadi pemandu wisata bukan barang baru bagi Thoni. Sejak 2009 dia telah menggeluti menjadi pemandu wisata freelance rute Jawa-Bali (jalur darat). Tamatan Akadami Pariwisata Indonesia ini sebelum menjadi pemandu mendapat pembekalan dari Dinas Pariwisata DKI.
Menurut Thoni, training yang diterimanya selama satu pekan. Materi pelatihan meliputi kepariwisataan serta tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Meski begitu, dia tetap membaca literatur untuk memperkaya informasi yang akan disampaikannya pada turis. Tak lupa, dia juga menyiapkan jurus bila ada turis yang mengeluh soal kemacetan Jakarta.
"Kalau ada turis yang komplain soal macet Jakarta, saya akan jelaskan sebaik-baiknya. Intinya bagaimana agar citra Jakarta tetap terjaga di mata mereka," kata Thoni. Dia mencontohkan, dirinya akan menjelaskan soal orang yang bekerja di Jakarta bukan cuma warga Jakarta, tapi juga orang Bekasi, Depok, Bogor, dan wilayah penyangga lainnya. Penduduk Jakarta pada siang hari mencapai 13 juta orang. "Jadi sebagai pusat Ibu Kota, Jakarta menjadi melting pot," kata Thoni.
Sebagai pemandu, Thoni siap menerangkan informasi dalam bahasa Inggris. "Kalau ada turis asing, kami sampaikan secara bilingual, dalam bahasa indonesia dan Inggris," kata dia. (Bus Ini Gratis Buat Semua Orang)
AMIRULLAH
Naik Bus Tingkat Pariwisata Ini, Gratis
Museum Sandi Negara Yogyakarta Pindah ke Kotabaru
Hidupkan Klangenan, Malioboro Diberi Pengeras Suara
Hotel Unik, dari Rasa Afrika hingga Liverpool
Festival Taka Bonerate Masih Terhambat Akses