TEMPO.CO, Jakarta - Hujan deras yang mengguyur Ibu Kota sejak Minggu, 8 Februari 2015, melumpuhkan aktivitas di Universitas Trisakti, Jakarta Barat. Hujan deras membuat kampus itu kebanjiran.
Parkiran kampus berubah menjadi kolam yang berwarna cokelat kehijauan. Hanya ada satu mobil Kijang Innova hitam teronggok di parkiran yang membuat pemandangan menjadi kontras dengan sekeliling, yang hanya ada pepohonan. Tak tampak hilir mudik orang atau kendaraan. Pun tak ada suara-suara tawa atau teriakan seperti sebelum banjir.
Sebelum banjir, kampus ini tak pernah lengang meskipun malam hari. Parkiran mobil pada siang hari penuh. Suara kendaraan yang biasa didengar dari dalam kampus tergantikan suara mesin pompa mobile dari muka kampus. Pedagang kaki lima yang ramai memadati trotoar berganti menjadi petugas kebersihan, petugas PU Tata Air, dan Satuan Polisi Pamong Praja.
Seorang karyawan Universitas Trisakti, Muhamad Supaidin, mengatakan aktivitas perkuliahan diliburkan selama sepekan, terhitung sejak Senin kemarin, lantaran banjir setinggi 80 sentimeter. Peristiwa ini, kata dia, bukan lagi hal baru. Sebab, sejak dua tahun belakangan, banjir menjadi menu wajib tahunan kala puncak musim hujan. "Sama seperti tahun lalu, langsung diliburkan," katanya.
Bukan tak mengantisipasi, pihak kampus telah menyiapkan tiga pompa yang mampu menyedot air ke luar area kampus. Hanya, pemadaman listrik yang dilakukan PLN membuat pompa tak bekerja maksimal. Adapun genset milik universitas tak difungsikan untuk mengoperasikan pompa. "Cuma buat penerangan," ujarnya.
DINI PRAMITA