TEMPO.CO, Jakarta - Seorang gadis 14 tahun bernama Nadhira Fajriani Ramadhan menghilang dari keluarganya. Nadhira terakhir diketahui berada di sekolahnya di Pondok Rangon, Jakarta Timur, pada Sabtu, 7 Maret 2015 untuk mengikuti kegiatan pendalaman materi persiapan Ujian Nasional.
"Ada satu hal, waktu itu dia baru tujuh hari di sekolah minta dipindahin," kata Yeni Mardiani, 47 tahun, orang tua Nadhira, di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Kamis, 12 Maret 2015.
Ia mengaku anaknya meminta pindah sekolah akibat perisakan yang diterimanya di sekolah tersebut. "Ini sekolah kedua Nadhira. Satu setengah tahun tahun lalu kami pindah ke Cibubur untuk membantu recovery Nadhira," kata Yeni. Ia lalu menceritakan sejak kelas 7 SMP di sebuah sekolah swasta, Nadhira mendapat perlakuan buruk dari lima orang teman perempuannya.
"Anak saya sampai dijambak, diinjak, dan diludahi," kata dia. Upaya Yeni melindungi anaknya tidak berhasil. Pihak sekolah pertama selalu berkilah tidak mengetahui ketika perisakan terjadi pada Nadhira.
Upaya dia mengajak bertemu dengan orang tua anak-anak pelaku tersebut juga tidak dijembatani oleh pihak sekolah. "Anak-anak itu akhirnya dipanggil dan membuat surat perjanjian untuk tidak lagi mem-bully anak saya. Tapi setelah itu tindakan mereka malah makin kasar," kata Yeni.
Untuk mengobati trauma Nadhira, ia mengaku telah membawa putrinya ke psikolog hingga motivator. Namun, upaya pemulihan itu masih belum menunjukkan perubahan.
Harapan untuk memulihkan kondisi trauma Nadhira kandas. Di sekolah yang baru, Nadhira masih mengalami perisakan. Nadhira kerap melapor pada Yeni tentang serangan kata-kata kasar dari temannya.
Ia menduga hilangnya Nadhira berkaitan dengan tindakan perisakan yang diterima anaknya. "Teteh pulang, Teh. Bunda kangen, Ayah kangen, Nenek kangen. Pulang sayang, pulang, Nak. Bunda berdoa Teteh ada di tempat yang baik-baik dan dibukakan akal pikiran untuk kembali," ujar Yeni sambil meneteskan air mata.
MAYA NAWANGWULAN