Setelah empat hari Akseyna tidak pulang ke Wisma Widya, suami Maryamah meminta Jibril datang membereskan kamar Akseyna pada Minggu, 29 Maret. Jibril datang sendiri setelah asar ke Wisma Widya. Nah, saat sore itu, Jibril menemukan secarik kertas dengan tulisan berbahasa Inggris menempel pada tembok kamar Akseyna.
Jibril pun langsung menunjukkan surat itu kepada Maryamah dan mengatakan ini seperti surat perpisahan. "Kata Jibril, ini surat perpisahan. Intinya, Ace minta jangan dicari. Sebab, yang masuk Jibril dulu baru aku," tutur Maryamah, mengingat kejadian saat itu. (Simak: Keberadaan Saksi Kunci Akseyna Masih Simpang Siur, di Asrama atau...)
Jibril diminta untuk bermalam di kamar Akseyna. Pagi harinya, Senin, ia pulang sekitar pukul 09.00. Saat itu, Maryamah mengaku bahwa dia dan suaminya serta Jibril belum tahu bahwa mayat di danau UI adalah Akseyna.
Yang ia ketahui, tidak ada satu pun barang Akseyna hilang. Saat Maryamah masuk ke kamar, barang Akseyna, seperti laptop, ponsel, dan dompet, masih tergeletak di kamarnya.
Senin sore, persis saat identitas Ace diketahui polisi, rekan Akseyna bernama Pras datang disusul teman yang lain dan meminta dibukakan kamar Akseyna. "Lima anak ada pada ke sini. Pegang laptop pada mati," ucapnya. (Baca: Kematian Akseyna UI Diungkap: Di Sini Saksi Kunci Berpindah)
Maryamah juga tidak tahu bahwa pada Senin pagi atau sore surat itu dicabut dari tembok kamar Akseyna. Setelah teman Akseyna datang, baru banyak polisi yang mendatangi kamar Akseyna di Wisma Widya.
Maryamah pun berharap kasus ini cepat terungkap. Kalau terbunuh, kata dia, biar cepat diketahui pembunuhnya. Dan kalau bunuh diri, segera terungkap apa penyebabnya. "Setiap hari saya berdoa, puasa Senin-Kamis juga saya doakan biar cepat terungkap. Soalnya, saya juga pusing ditanya-tanya terus," katanya. (Baca: Kasus Akseyna, Bukti-bukti Kematian Tak Wajar Makin Kuat)
IMAM HAMDI