TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Transjakarta Antonius Kosasih menerapkan syarat ketat dalam seleksi penerimaan tenaga sopir. Antonius mengatakan ketatnya seleksi disebabkan tingginya gaji yang diberikan, yakni tiga kali upah minimum provinsi atau setara Rp 8,1 juta. Upah minimum Jakarta tahun 2014 sebesar Rp 2,7 juta.
Menurut Antonius, kualifikasi sopir cukup panjang. Sebelum diperbolehkan membawa bus Transjakarta, para sopir harus tes lebih dulu. Dalam seleksi, setidaknya ada enam tes yang harus dilalui. Seleksi diawali dengan tes administrasi. Pada tes ini, kata Kosasih, para calon sopir harus memiliki dokumen surat keterangan catatan kepolisian, surat keterangan bebas narkoba, dan surat izin mengemudi kategori B2 umum.
"Setelah dokumen tadi bisa dilengkapi, kami akan melakukan pengecekan usia," kata Kosasih di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 24 Juni 2015.
Menurut Kosasih, usia untuk menjadi sopir Transjakarta tidak boleh terlalu tua, tetapi tidak boleh juga terlalu muda. Usia ideal berkisar antara 26-46 tahun. Kosasih menegaskan sopir Transjakarta tak boleh terlalu tua karena kegiatan mengemudi bus menguras kondisi fisik. "Jadi, kalau dia terlalu muda, misalnya umurnya baru 18-20 tahun, kita curiga juga dia dapat SIM B2 umumnya dari mana," ujar Kosasih. Usia yang terlalu muda juga dikhawatirkan berpotensi ugal-ugalan menyetir.
Setelah lolos tes administrasi, mereka selanjutnya harus ikut tes fisik dan tes praktek mengemudi. Pada tes fisik, para calon sopir diwajibkan untuk menjalani sejumlah kegiatan fisik, salah satunya lari keliling lapangan. Pada tes mengemudi, calon sopir diminta untuk membawa bus di pul dan dilihat bagaimana cara ia mengemudi, meliputi teknik maju, mundur, berputar, dan parkir. "Kalau enggak bisa parkir, kita enggak akan berani terima," kata Kosasih.
Bila tes fisik dan tes praktek mengemudi dapat dilalui, kata Kosasih, tahap seleksi selanjutnya yang harus dilalui oleh para calon sopir adalah tes wawancara dan psikotes. Tujuannya adalah untuk melihat kejiwaan si calon sopir. Calon sopir Transjakarta akan menjalani tes kesehatan, termasuk apakah sopir buta warna atau tidak. "Kalau dia tidak bisa membedakan lampu merah, hijau, kuning, ya repot, jelas tak akan diterima," ujar Kosasih.
YOLANDA RYAN ARMINDYA