TEMPO.CO, Jakarta - Pengungsi akibat kebakaran di Tambora kekurangan sarana mandi, cuci, dan kakus. Untuk sekadar buang air kecil, pengungsi mesti mengantre di kamar mandi umum yang hanya ada di satu lokasi yang terletak persis di samping rel kereta api.
"Sering ngampet (menahan buang air), soalnya toilet-nya jauh, mesti ngantre, terus masih perlu bayar, padahal uang enggak sampai Rp 100 ribu," ucap Enny Kusrini, 54 tahun, warga RT 04 RW 04, Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat, di posko pengungsian di Puskesmas Jembatan Besi, Senin, 28 September 2015.
Enny mengatakan kondisi ini menghambat anak-anak sekolah dan pekerja yang masuk pukul 08.00 WIB. "Mesti ngantre pagi-pagi banget," ujarnya. Ia mengaku sedikit beruntung karena kenal baik dengan salah satu warga di sekitar posko tempat ia mengungsi. "Kalau pagi, saya bisa numpang mandiin cucu."
Kamar mandi umum terletak sekitar 50 meter dari pengungsian warga. Kamar mandi ini berada di belakang deretan bengkel dan kios-kios yang berhadapan persis dengan rel kereta api. Pemisah antara rel kereta api dan kamar mandi hanya pagar setinggi 1,5 meter.
Baca juga:
Penghasilan Miliaran Rupiah, Ini Investasi Nikita Willy
Astronom: Gerhana Bulan Darah Kali Ini Bisa Dinikmati 2 Jam
Ada lima bilik di kamar mandi umum ini. Satu biliknya dilengkapi dengan jamban jongkok dan satu ember bekas kaleng cat untuk menampung air. Lantai kamar mandinya pun belum dikeramik, masih berupa plesteran.
Luas satu bilik kamar mandi ini hanya 1 meter persegi. Di dinding kamar mandi, ada pengumuman tarif retribusi yang ditulis menggunakan cat merah. Di situ dituliskan tarif untuk mandi sebesar Rp 3.000, buang air besar Rp 2.000 dan buang air kecil Rp 1.000.
Menurut Effendi, 50 tahun, kamar mandi ini menjadi sangat padat semenjak ada posko pengungsian. "Biasanya mulai antre pukul 06.00. Eh, tadi pukul 03.30 sudah ada yang antre," tuturnya. Ia mengaku mafhum. Sebab, di posko pengungsian belum ada kamar mandi umum yang dibangun. "Dulu ada kamar mandi kayak gini juga, tapi habis karena ikut kebakar."
Menanggapi keluhan warga ihwal kamar mandi, Endang Hidayat, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi DKI Jakarta, mengatakan akan berusaha memenuhi kebutuhan pengungsi. "Tadi baru saja survei tempat untuk membuat tiga kamar mandi portabel. Kendalanya memang tempat yang terbatas," ucapnya. Jika sudah mendapatkan tempat yang ideal, ia mengaku akan bekerja sama dengan PAM Jaya dalam penyediaan air bersihnya.
DINI PRAMITA