TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berkeinginan untuk mengubah pengolahan sampah agar tidak membebani Bantargebang. "Saya melihat pengelolaan sampah di Bantargebang harus dikelola dengan pendekatan berbeda," kata dia saat ditemui di Lembaga Pertahanan Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu, 15 Oktober 2016.
Anies mengatakan setiap hari ada 6.700-7.000 ton sampah DKI yang dikirim ke Bantargebang. Ia pun menawarkan solusi agar pengelolaan sampah bisa dimulai dari rumah. Misalnya, dia mencontohkan, dengan memisahkan antara sampah organik dan nonorganik.
Di berbagai negara, menurut dia, sudah menggunakan semacam pabrik pengolahan sampah. Di Cina, salah satu contoh yang menarik. Ia menyebutkan di sana ada salah satu kota yang luasnya lebih besar dari Jakarta, tapi sampahnya tidak pernah keluar dari kota itu lantaran ada pengelolaan sampah di dalam kota.
Anies menuturkan, untuk mewujudkan pengelolaan sampah seperti itu, tentu memerlukan waktu dan tidak bisa dijalankan dengan cepat. Sewaktu berbicara dengan masyarakat di Bantargebang, Anies mengatakan mereka juga mengharapkan adanya perbaikan kesejahteraan. "Sambil masyarakat Jakarta menata pengolahan sampahnya," ujarnya.
Saat ini, pemerintah DKI melakukan swakelola sampahnya di Bantargebang, pasca-pemutusan kontrak dengan PT Godang Tua Jaya beberapa waktu lalu. Pembangunan intermediate treatment facilities (ITF) atau tempat pengolahan sampah terpadu dalam kota sebetulnya pernah direncanakan pada 2011. Lokasi pertama yang akan dibangun adalah kawasan Sunter, Jakarta Utara.
Baca Juga:
Namun, rencana itu mandek dan kawasan Sunter saat ini hanya dijadikan stasiun peralihan antara. Baru tahun ini, rencana pembangunan ITF kembali digaungkan pemerintah. Selain Sunter, pemerintah DKI berencana membangun TPST di Duri Kosambi, Cakung Cilincing, dan Marunda.
FRISKI RIANA
Baca juga:
Ruhut Anggap Ancaman Rizieq FPI Untungkan Ahok
Episode Setelah Ahok Minta Maaf Ditegur KPI, Ini Reaksi ILC