TEMPO.CO, Bekasi - Yayasan Lentera Anak bersama Dinas Pendidikan di lima kota menggelar kerja sama untuk menolak siswa dan sekolah menjadi target industri rokok. Langkah ini untuk membantu mencegah meningkatnya jumlah perokok pemula dan remaja setiap hari di Indonesia. “Kerja sama ini untuk membantu generasi muda bebas dari serangan rokok,” kata Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari, dalam siaran pers yang diterima Tempo, Selasa, 13 Desember 2016.
Dinas Pendidikan yang menjalin kerja sama adalah Kota Padang, Mataram, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Bogor. Kerja sama dilakukan serentak di 90 sekolah. Untuk tahap awal, hari ini empat sekolah yang menyatakan aksi “Tolak Jadi Target” rokok adalah SMP PGRI 1 dan SMAN 4 di Tangerang Selatan, SMP Marsudirini Bekasi, dan SMPN 2 Dramaga Bogor. Mereka menggelar aksi kreatif.
Di SMPN 2 Dramaga misalnya, seluruh siswa berpawai berkeliling sekolah menggunakan kostum unik sambil membawa poster edukasi penolakan jadi target rokok. Sedangkan di SMP Marsudirini Bekasi, 877 siswa sekolah ini menggelar aksi teatrikal dengan tema “Rokok Memburamkan Masa Depanmu”.
Aksi teatrikal ini berisi ajakan kepada seluruh elemen sekolah mulai dari siswa, guru, hingga warga sekitar sekolah untuk membuat sekolah sebagai kawasan tanpa rokok sesuai amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 64 Tahun 2015.
Kepala SMP Marsudirini Bekasi Sr. M. Coleta OSF, mengatakan kegiatan ini sangat baik bagi anak untuk mengetahui bahaya rokok dan menyuarakannya ke keluarga dan warga sekitar. Dia berbarap tidak ada lagi iklan rokok di dekat sekolah karena anak setiap hari lewat dan melihat itu. “Tidak sepantasnya iklan rokok dipasang di situ, karena dapat mempengaruhi anak-anak,” ujarnya.
Sedangkan di Kota Tangerang Selatan ada SMAN 4 dan SMP PGRI 1, para siswa juga menggelar aksi kreatif tolak jadi target rokok. SMP PGRI 1 membuka kegiatan dengan mematahkan replika rokok oleh kepala sekolah dan dilanjutkan dengan aksi kreatif lomba stand up komedi dan pop singer dengan tema “gaul tanpa rokok”. Sedangkan SMAN 4 menggelar lomba parade busana dan lomba futsal dengan tema “aktif dan sehat tanpa rokok”.
Menurut Sundari, gerakan antirokok di kalangan siswa ini penting agar anak-anak mampu menolak menjadi target industri rokok yang menempatkan iklan rokok di sekitar sekolah. Soalnya, hasil monitoring iklan rokok di sekitar sekolah di 5 kota tahun lalu, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), Lentera Anak Indonesia, dan Smoke Free Agents menunjukkan 85 persen sekolah di Indonesia dikepung oleh iklan rokok. “Penempatan iklan rokok di sekitar sekolah ini ditujukan agar anak-anak terpengaruh untuk mulai merokok,” ujarnya.
NUR HASIM