TEMPO.CO, Jakarta - Sidang kasus penistaan agama yang menyeret Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah 12 kali digelar di gedung Kementerian Pertanian di Jalan R.M. Harsono, Jakarta Selatan. Di luar sidang, ada puluhan hingga ratusan orang dari dua kelompok, yaitu pro-Ahok dan anti-Ahok. Kesempatan tersebut dimanfaatkan puluhan pedagang kaki lima untuk mengais rezeki.
Para pedagang menjajakan barang jualannya di sepanjang Jalan R.M. Harsono, Jakarta Selatan. Dari minuman, makanan, sampai atribut. Para pengunjuk rasa dan aparat polisi pengawal sidang melepas dahaga dan mengisi perutnya dari pedagang kaki lima tersebut.
Salah seorang pedagang kaki lima, Alim, mengatakan sudah biasa mengikuti acara keramaian, termasuk demonstrasi dan sidang Ahok. Alim menjual minuman, dari kopi hingga susu instan rentengan, yang diletakkan di kotak dagangan. “Dari sidang pertama, saya sudah jualan di sini,” kata Alim, Selasa, 28 Februari 2017.
Baca: Ahli Pidana MUI Bersaksi, Ini Kekhawatiran Tim Pengacara Ahok
Alim juga berjualan saat demonstrasi 212 digelar di depan gedung DPR/MPR RI, Senayan, pada Selasa, 21 Februari 2017. Unjuk rasa yang terdiri atas simpatisan organisasi Forum Umat Islam (FUI) dan mahasiswa itu menuntut agar Ahok dipecat dari jabatan Gubernur DKI Jakarta. Ia mengaku mengikuti aksi keramaian karena mendapat penghasilan lumayan. “Dapat penghasilannya sama. Nggak ada bedanya sama di sini,” tuturnya.
Alim tidak semata-mata memilih berdagang di sisi kontra-Ahok karena berideologi sama. “Saya pernah jualan sekali di sana (sisi pro-Ahok), tapi banyakan di sini (sisi kontra-Ahok) dapatnya. Orangnya lebih banyak,” tutur Alim. Alim biasanya telah siap siaga menjaga dagangannya sejak subuh hingga selesainya sidang.
ZARA AMELIA | EA
Baca: Rizieq Ditolak Bersaksi, GNPF MUI: Itu Mental Break Down