TEMPO.CO, Jakarta - Koran Tempo kembali memilih dan menobatkan Tokoh Metro. Ajang ini digagas untuk mengapresiasi orang-orang yang berjasa memantik perbaikan di berbagai bidang kehidupan masyarakat Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Mereka, dengan cara unik dan kreatif, telah membantu pemerintah mengatasi persoalan dan membuat wajah kota menjadi lebih ramah. Salah satu penerima penghargaan itu adalah Dan Roberts dan Dedi Purwadi.
Sepuluh tahun silam anak-anak di Kampung Bambu, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, hanya mengenal dua jenis pekerjaan: kalau tidak menjadi nelayan, ya, pengupas kerang hijau. Tak sedikit yang begitu beranjak dewasa langsung bekerja penuh, menjadi salah satu di antaranya, dan berhenti sekolah.
Dan Roberts, 33 tahun, warga Amerika Serikat, menemukan kondisi ini ketika datang bernostalgia ke Jakarta pada 2008. Mengikuti ayahnya, dia pernah tinggal di Jakarta dan belajar di Jakarta International School di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, selama enam tahun hingga 2002.
Baca: Tokoh Metro 2017, Dissa Syakina: Tunarungu Tak Perlu Menganggur
“Anak-anak pinggir laut itu seperti anak-anak terisolasi dan tak tahu dunia luar. Mereka tak punya cita-cita,” kata Dedi Purwadi, 40 tahun, bekas teman satu sekolah yang menemani Dan bertemu dengan warga Kampung Bambu kala itu.
Mulanya dia hanya datang untuk bermain sirkus, menghibur anak-anak di sana. Tapi lalu dia jatuh hati. Pada 2010, bersama Dedi, mereka mendirikan Yayasan Hidung Merah atau Red Nose Foundation. Mereka mengajari anak-anak bermain sirkus dan banyak hal lain. Dan menginginkan anak-anak Cilincing mengenal peluang lain dalam hidup, tidak hanya menjadi pengupas cangkang kerang.
Berawal dari 13 anak, saat ini ada 300 anak yang “bergaul” dengan Red Nose. Kini mereka punya kelas tutorial. Sejumlah relawan direkrut untuk mengajari anak-anak pelajaran sekolah. “Anak-anak di sini tidak ada lagi yang tinggal kelas,” kata Dedi. Semuanya gratis. Baiknya, selalu ada dermawan yang mengulurkan bantuan dari waktu ke waktu.
Ketika Tempo berkunjung ke gedung Red Nose di Cilincing, dua pekan lalu, anak-anak tengah belajar bermain diablo atau Chinese yoyo di ruang tengah gedung yang beralas matras. "Ini latihan untuk persiapan tampil di depan masyarakat dalam perayaan ulang tahun Red Nose ke-10 bulan depan,” kata Wawan Kurniawan, instruktur.
Menurut Wawan, Dan akan datang di sela perjalanan bersama kelompok sirkusnya dari Amerika. Dia meninggalkan Jakarta dan Red Nose tahun lalu dan Dedi menggantikannya memimpin Yayasan. Rencana kunjungan Dan membuat anak-anak bersemangat. "Sudah bisa putar piring pakai tongkat enggak jatuh sama juggling bola," kata mereka, bersahutan.
Wawan, 22 tahun, adalah produk “akademi” Hidung Merah. Bergabung sejak usia 12 tahun, dia dikirim Yayasan untuk belajar sirkus hingga ke Amerika. “Itu pengalaman berharga buat saya,” kata pemuda jebolan sekolah dasar itu.
Baca: Tokoh Metro 2017, Rohim: Tempat Paku Bukan di Jalanan
Di sisi lain gedung, sekelompok anak lain belajar bahasa dipadu dengan pelajaran seni peran yang sangat cair dan rileks. Semua anak mesti memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. "Ini bagian dari kelas tutoring," kata Imam Mansursyah, Communication Manager Rednose.
Lela Suwangsih, warga Cilincing, mengagumi perkembangan anak bungsunya, Rifki Hakim, 11 tahun, sejak bergabung ke Red Nose. "Yang paling kelihatan adalah nilai sekolahnya. Tidak pernah dapat jelek lagi," katanya.
Perhatian Dan Roberts dan Dedi Purwadi terhadap bocah-bocah marjinal itu mendapat apresiasi dari dewan juri Tokoh Metro 2017. Juri menilai kedua orang tersebut layak mendapat penghargaan.
Biodata
Nama: Dan Roberts
Tanggal lahir: 20 Mei 1984
Pendidikan: Jakarta International School
Roosevelt University’s Chicago College of Performing Arts (Act)
Pekerjaan: founder Rednose (2008-2016)
Founding Member and President Asian Social Circus Association (2013-2016)
Executive Director CircEsteem (2016-sekarang)
Nama: Dedi Purwadi
Tempat dan tanggal lahir: Jakarta, 11 Juli 1977
Pekerjaan: Ketua Yayasan Hidung Merah (Red Nose Foundation)
Pendidikan: Prodi Manajemen, Jakarta Institute of Management Studies
Status: Menikah
TIM KORAN TEMPO