TEMPO.CO, Depok - Sastrawan Hamsad Rangkuti saat ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. “Bapak sudah dirawat sejak Jumat lalu,” kata istri Hamsad, Nurwindasari, saat dihubungi Tempo, Senin, 28 Agustus 2017.
Menurut Nur, sebelum dirawat kembali di RSUD Depok, Hamsad hanya bisa berbaring lemah di atas tempat tidur rumahnya di Jalan Swadya 8 RT 3 RW 3, Tanah Baru, Kota Depok. Kondisi ini pasca serangan stroke yang dialaminya 15 bulan lalu. “Sekarang menjalani perawatan di lantai 2 ruang Elang RSUD Depok,” ujar Nur.
Baca Juga:
Baca: Sastrawan Hamsad Rangkuti Butuh Biaya Operasi
Anak kedua Hamsad, Girindra Rangkuti, mengatakan kondisi penulis cerpen “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu” itu mulai memburuk saat meminta pulang ke Medan pada Juni 2016. Saat itu keluarga agak ragu memberi izin karena kondisi kesehatan. “Bapak tetap ngotot, akhirnya tetap berangkat ditemani oleh ibu,” kata Girindra.
Sekitar tiga pekan di Medan, kata Girindra, ada kabar bahwa mantan Pimpinan Redaksi Majalah Horison itu dirawat di Rumah Sakit Sembiring, Deli Serdang, akibat stroke. Setelah keluarga berembuk, diputuskan hamsat dirawat di Jakarta. “Saya menyusul ke Medan untuk menemani ibu mengurus administrasi pemulangan,” ujar Girindra.
Di Jakarta, menurut Girindra, kondisi kesehatan peraih SEA Writer Award dari Pemerintah Thailand pada 2008 itu tidak kunjung membaik. Keluarga kemudian membawanya ke Rumah Sakit Fatmawati, Lebak Bulus. “Dua minggu dirawat di sana,” kata Girindra.
Pihak rumah sakit mengizinkan pulang penerima Penghargaan Sastra Pemerintah DKI tahun 2000 itu. Dalam perjalanan, kondisinya memburuk. Kemudian dibawa ke Rumah Sakit Siloam
Gleneagles, Lippo Karawaci. “Sekitar 12 hari dirawat di sana. Dengan alasan biaya akhirnya minta dirawat di rumah saja,” kata Girindra.
Tempo sempat menengok kondisi penulis kelahiran Medan, Sumatera Utara, 7 Mei 1943, itu di rumahnya. Hamsad hanya terbaring dengan jarum infus tertancap di lengan kirinya. Nur menuturkan kondisi, kesehatan seniman pentolan manifesto kebudayaan ini mulai memburuk pada tahun 2009.
Saat itu, Bur mengklaim, sepetak tanah berukuran 5×12 meter di belakang rumahnya digunakan Pemerintah Kota Depok untuk membangun tempat pembuangan sampah sementara (TPSS). “Bapak itu sempat komplain, tapi tidak digubris Pemkot,” ucap Nur.
Setelah kejadian itu, menurut Nur, Hamsad mulai sering terkena penyakit. Ruang tempatnya sering menulis hanya dibatasi oleh tembok dengan bak sampah yang dibangun Pemerintah Kota Depok. “Aroma sampah yang menumpuk masuk ke dalam rumah. Belatung, kecoa, dan tikus sering berkeliaran sampai kamar tidur,” tutur Nur.
Menurut Nur, awalnya sakit itu muntah berak. Pada tahun 2012, ia sampai harus melakukan operasi by pass jantung. Tak hanya itu, perutnya dilubangi karena tak bisa lagi buang air kecil. “Tahun 2016 itu kena stroke sampai sekarang,” ujar Nur.
Agar kondisi kesehatan Hamsad tidak makin memburuk, kata Nur, mereka memilih untuk meninggalkan rumah yang berada di Jalan Bangau, lantas membangun rumah sederhana di Jalan Swadaya 8 yang sebelumnya adalah kebun keluarga.
Lingkungan yang rawan penyakit itu tidak baik untuk perawatan Hamsad. “Sudah empat tahun rumah itu coba dijual untuk biaya perawatan bapak, tapi tidak yang mau beli karena dekat bak sampah,” kata Nur.
Menurut Nur, dalam satu bulan suaminya butuh 9-10 boks Proten. Sementara harga satu boks Proten sekitar Rp 256 ribu. “Walaupun sudah dirawat di rumah, keperluan yang dibutuhkan masih sangat besar,” kata Nur.
Baca juga: Sastrawan Hamsad Rangkuti Kembali Masuk Rumah Sakit
Nur berharap Pemerintah Kota Depok mencarikan jalan keluar untuk permasalahan lahan miliknya. Menurut Nur, bila ada warga yang ingin membantu biaya perobatan sastrawan kenamaan Indonesia itu, dapat mengirim ke rekening atas nama Hamsad Rangkuti di Bank BNI cabang Margonda, Depok, nomor 0106423653.
IRSYAN HASYIM