TEMPO.CO, Jakarta - Setelah mendalami kasus pengakuan penculikan hoax yang dilakukan siswa P, 9 tahun, siswa SD Tanjung Duren Selatan 01 Pagi, Jakarta Barat, Komisi Perlindungan Anak Indonesia(KPAI) akan memberikan pendampingan khusus terhadap siswa P.
“Setelah didalami, tenyata siswi P ini membutuhkan bantuan secara psikologi,” ujar Komisioner KPAi Bidang Pendidikan Retno Listyarti di SD Tanjung Duren Selatan 01 Pagi pada Jumat, 15 September 2017.
Baca : Video Penculikan Hoax, KPAI Minta Media Tak Pakai Kata-kata Ini
Berdasarkan keterangan yang didapatkan KPAI, Retno menjelaskan bahwa siswa P memiliki latar belakang keluarga yang tidak utuh alias orangtuanya sudah berpisah.
“Tidak mudah hidup yang dialami oleh P ini, oleh karena itu dibutuhkan bantuan psikologi,” ujar dia.
Selain pendampingan terhadap siswa P, KPAI juga akan memberikan konseling kepada orangtua ketiga siswa yang ada dalam video tersebut. “Untuk dua siswa lainnya, kita kan lihat dulu jika mereka membutuhkan pendampingan, KPAI akan tetap memfasilitasi,” ujar dia.
Retno menegaskan, apapun yang terjadi kepada anak di bawah umur merupakan tanggungjawab orangtua.
Simak : Cerita Siswi SD yang Lolos dari Penculikan Dipastikan Hoax
Sebelumnya, Wakil Kepala Satuan Resor Kriminal (Wakasatreskrim) Polisi Resor Jakarta Barat Komisaris Polisi Iver Manossoh memastikan cerita seorang siswi SD Tanjung Duren Selatan 01 Pagi yang mengaku nyaris diculik dan viral di sosial media dipastikan tidak benar alias hoax.
Siswi itu dipastikan mengarang cerita yang tidak benar dan mengada-ngada soal lolos dari penculikan pada Kamis, 14 September 2017 di Polsek Tanjung Duren, Jakarta Barat.
DEWI NURITA