TEMPO.CO, Jakarta - Gandaria, 64 tahun, kaget bukan main ketika melihat tubuh anak bungsunya, Dini Oktaviani, 27 tahun, terbujur kaku di atas kasurnya di Apartemen Laguna Tower B lantai 21, Jakarta Utara, pada Senin malam, 18 September 2017.
"Saya lihat mukanya ditutupi bantal. Ya Allah," kata Gandaria sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya saat berbincang dengan Tempo di Polda Metro Jaya, Jumat, 22 September 2017.
Gandaria mengaku syok karena kehilangan dua anaknya tahun ini. Anak pertamanya baru meninggal sekitar tiga bulan lalu karena sakit.
Baca juga: Polisi Sebut Pembunuhan Dini Oktaviani Bukan Bermotif Asmara
"Tepat 100 hari kematian yang pertama, giliran yang bungsu meninggal. Bayangin saya kehilangan dua anak sekaligus," ujarnya.
Dini Oktaviani tewas dibunuh pada Rabu, 13 September 2017. Ia dibunuh Peri Sugianto, pengemudi ojek online, yang mengincar hartanya. Jasadnya ditemukan keluarganya yang khawatir karena ponselnya tak bisa dihubungi selama beberapa hari.
Farah, kakak kandung korban, mengatakan, Dini selalu berkomunikasi dengan keluarganya hampir setiap hari. Namun, ia dan ibunya mulai merasa khawatir ketika tak ada panggilan mau pun pesan singkat dari Dini sejak pekan lalu.
"Saya dari Sabtu-Minggu saya telepon terus. Biasanya dua hari itu enggak pernah tak ada kabar," ujar Farah.
Gandaria dan Farah yang tinggal di Ciganjur, Jakarta Selatan, memutuskan untuk menyambangi apartemen Dini pada Senin malam. Saat itu, ia melihat kondisi pintu unit apartemen yang ditinggali korban dalam keadaan tertutup namun tak terkunci.
"Kami panggil tak ada jawaban dari kamar. Kami lihat jasadnya sudah telentang di kasur," ucapnya.
Dini tewas dicekik dan dibekap bantal oleh Peri. Mulanya, Peri mencekik leher wanita 27 tahun itu dari belakang. Dini sempat berontak namun akhirnya pingsan di lantai. Tubuhnya pun dipindahkan ke kasur. Peri mengambil bantal dan membekapnya hingga tewas.
Setelah membunuh, Peri mengambil perhiasan, ponsel, dan tv milik Dini Oktaviani.
FRISKI RIANA