TEMPO Interaktif, Bogor - Polisi mendapat hambatan untuk menelisik penyebab tewasnya dua pegawai pemerintahan Kota Depok di kamar A30 Hotel De Parunk, Bogor. Hambatan itu muncul karena keluarga korban tetap tidak memberi izin untuk mengotopsi jenazah.
"Tanpa ada otopsi, kami tidak bisa menyimpulkan penyebab kematian mereka," kata Kapolsek Parung Ajun Komisaris Polisi Lukito, kemarin.
Namun, berdasarkan hasil visum luar, diduga kedua pegawai negeri itu tewas akibat kelebihan dosis obat. "Mungkin obat kuat," kata Lukito. Dugaan itu didasarkan atas fakta, korban tewas dengan mulut berbusa. Selain itu, penyidik juga menemukan handuk kecil yang penuh busa.
Kedua pegawai negeri yang tewas itu adalah Ineu Yuliati, 40 tahun, dan Supayat, 48 tahun. Mereka masuk kamar hotel pukul 11.00. Seharusnya pasangan itu sudah keluar pukul 16.00, namun hingga pukul 19.30 mereka belum juga meninggalkan kamar.
Asep Saepudin, asisten manajer hotel, beberapa kali menghubungi telepon kamar A30. Karena tidak ada jawaban, bersama seorang anak buahnya, dia mendobrak pintu. Ternyata Ineu dan Supayat sudah terkapar di lantai kamar, tak bernyawa dan dalam posisi berpelukan.
Menurut seorang saksi, saat ditemukan pasangan itu tidak mengenakan pakaian. Namun itu dibantah Lukito. "Kalau berpelukan memang benar. Tapi tidak telanjang. Mereka berpakain lengkap," katanya.
Awalnya polisi menduga, pasangan itu tewas akibat keracunan gas karbon dioksida (CO2), sebab kamar hotel menyatu dengan garasi mobil. Pada saat itu, mesin mobil kijang milik korban masih menyala. Polisi memperkirakan asap knalpot masuk melalui celah pintu dan memenuhi ruangan kamar.
Ineu lahir di Pandeglang, Banten, pada 14 November 1969. Ia guru kelas 2 SD Negeri Pasir Putih, Sawangan, Depok, yang hanya berjarak 1,5 kilometer dari rumahnya di Perumahan Sawangan Permai Blok A4/12, RT 03/09, Sawangan.
Ineu berstatus sebagai istri dari Tedy Hasanuddin yang saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Ketenteraman dan Ketertiban pada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tedy juga pernah menjadi Camat di Limo, Sawangan, dan Pancoraan Mas.
Sedangkan Supayat adalah orang kedua di Dinas Perhubungan Kota Depok. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 8 Mei 1962 ini tinggal bersama istri dan anaknya di di Jalan R. Sanim Gang Rawa Nomor 4, Beji, Depok. Supayat pernah sebentar menjadi Camat Beji.
"Hubungan Pak Tedy dan Pak Supayat sangat dekat, melebihi saudara kandung. Mereka soulmate," ucap sumber Tempo di Pemerintah Kota Depok.
Menurut sumber yang sama, kedekatan Tedy dan Supayat ini sudah terjalin sejak mereka masih duduk di bangku kuliah. Sebenarnya Tedy sudah mencium gelagat bahwa sang istri 'ada main' dengan sobatnya. "Masih diawasi, tapi belum ada bukti," katanya.
Berita kematian pasangan selingkuh itu cepat menyebar. Keluarga masing-masing mendiang pun enggan menyemayamkan jenazah di rumah duka. Jenasah Supayat dan Ineu langsung dilarikan ke daerah asal masing-masing, yakni Tasikmalaya dan Pandeglang. "Tak ada yang mampir ke rumah, bablas ke tempat asal," ucap sumber Tempo.
JOBPIE S | DEFFAN PURNAM | DIKI SUDRAJAT