Ryaas menjelaskan Jakarta yang menjadi sentral dari segalanya sudah seharusnya pindah ke daerah lain dengan kompleksitas kondisi saat ini. Dengan dua pilihan, kata dia, ibu kota negara pindah ke provinsi lain atau memindahkan pusat pemerintahan ke provinsi lain. "Pindah entah di pulau Jawa atau luar jawa. Sulawesi Selatan yang pertama menjadi mencalonkan diri, siapa tahu provinisi lainnya ikut, " ujarnya.
Sepertinya, kata dia, orang-orang sudah kehabisan ide untuk mempertahankan Jakarta sehingga isu memindahkannya makin berkembang. "Kita jangan terjebak oleh dogma bahwa Ibu kota harus di Jakarta karena latar sejarah bangsa ini, " sambungnya.
Menurutnya, presiden Soekarno memusatkan pemerintahan di Jakarta, kata Ryaas, mungkin karena berpikir Indonesia kelanjutan dari kejayaan Belanda. "Termasuk istana yang menghisap habis rakyatnya, itu mungkin, " ujar dia. "kita harus berubah, Indonesia bukan kelanjutan kejayaan belanda, "
Apakah Sulsel berpeluang jadi Ibu kota negara? kata Ryaas, itu perlu pendekatan lagi dengan kepala pemerintah dan kajian. Bukan hanya tata ruang kota tapi semua kebutuhan. Untuk pemerintah, sambung dia, perlu persiapkan diri karena anggarannya bukan hanya anggaran dari negera tapi juga non Negara. "Untuk periode ini harus membuat rancangan awal, "
Mantan meteri BUMN Tenri Abeng, mengungkapkan jika Sulsel mencalonkan ibu kota negara harus membangun kultur multi-etnis, karena sesama etnis dan beda etnis masih saling bertarung memperbutkan kekuasaan, "Kultur harus diubah, bagaimana orang mau kesini jika kulturnya tidak bagus, " kata Tanri.
ABD AZIS