TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku kurang pede alias percaya diri saat menjadi orang nomor satu di Ibu Kota. Alasan Ahok, jabatan yang sedang diembannya ini lebih karena faktor nasib dan keberuntungan.
"Apa boleh buat, Indonesia butuh Gubernur DKI untuk jadi presiden, maka kami ikhlaskan Pak Jokowi ke Istana," kata Ahok di Balai Kota, Selasa, 11 Agustus 2015.
Terpilihnya Joko Widodo menjadi presiden, kata Ahok, otomatis membuatnya menjadi Gubernur DKI. Namun hal itu tetap tak membuatnya percaya diri memimpin Ibu Kota. "Sepuluh juta warga DKI itu memilih Jokowi-Ahok tiga tahun lalu, jadi gubernurnya masih Pak Jokowi," ujar Ahok seraya tersenyum.
Pernyataan itu diungkapkan mantan Bupati Belitung Timur ini di hadapan siswa-siswi pertukaran pelajar daerah dari Anak Sabang Merauke. Ahok berbagi pengalamannya merintis karier politik sejak di Belitung Timur hingga di Jakarta.
Ahok menambahkan, kondisi itu tak lantas membuatnya patah semangat. Sebab, meski menjadi gubernur karena Jokowi menjadi presiden, Ahok tak setengah hati bekerja untuk rakyat Jakarta. "Saya paling senang kerja dari pagi sampai malam untuk membuat kebijakan yang menyejahterakan warga," tutur Ahok.
Namun Ahok mengaku bakal mencoba peruntungan sebagai calon gubernur saat pemilihan kepala daerah serentak yang dihelat dua tahun lagi. Bila terpilih lagi, kepercayaan dirinya akan menjadi 100 persen. "Kalau tak terpilih, ya, tak apa-apa, berarti saya tak laku," Ahok menjelaskan.
RAYMUNDUS RIKANG