TEMPO.CO, Bekasi - Pemerintah Kota Bekasi menggelontorkan anggaran sekitar Rp 34 miliar untuk membangun tujuh kolam retensi pengendali banjir. "Kolam retensi untuk mengurangi titik banjir," kata Kepala Bidang Tata Air Dinas Bina Marga dan Tata Air Kota Bekasi Dicky Irawan, Ahad, 29 Mei 2016.
Dicky menyebutkan, tujuh kolam retensi dibangun tahun ini. Di antaranya polder Bendung Koja di Kecamatan Jatiasih senilai Rp 13 miliar, polder Rawapasung di Bekasi Barat Rp 4,3 miliar, polder IKIP di Jatiasih Rp 6,9 miliar, polder Vila Indah Permai di Bekasi Utara Rp 4,4 miliar, dan polder Aren Jaya di Bekasi Timur Rp 4,4 miliar.
Selain itu, polder Rawabogo di Pondok Melati Rp 600 juta dan menyempurnakan dengan memasang pompa di polder Pengasinan di Rawalumbu anggaran yang digelontorkan senilai Rp 5 miliar. Adapun, pemerintah pusat juga membantu membangun polder air dengan anggaran hingga Rp 28 miliar di Jalan Kartini, Bekasi Timur, tepatnya di sisi timur Kali Bekasi.
Dicky mengatakan pembangunan setiap polder dilakukan secara bertahap. Pembangunan sudah dimulai sejak tahun lalu. Misalnya, kata dia, polder Pengasinan di Kecamatan Rawalumbu telah selesai dibangun pada akhir 2015. Polder itu kini sudah digunakan tapi belum terpasang pompa. "Tahun ini pompa diadakan," katanya.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan pemerintah butuh banyak pembangunan polder air guna memindahkan 49 titik banjir di wilayahnya ke polder air tersebut. Namun, pemerintah kesulitan merealisasikan karena keterbatasan anggaran. "Makanya kami minta bantuan dana hibah ke DKI Jakarta," kata Rahmat.
Rahmat mengatakan tahun ini rencananya pemerintahnya akan mendapatkan bantuan dana hibah Rp 400 miliar dari total yang diajukan hampir Rp 1 triliun. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sudah memberikan sinyal akan memberikan bantuan dana hibah tersebut. "Gubernur (Basuki Thajaja Purnama) bilang, kalau Kota Bekasi minta jangan dipotong," kata Rahmat. "Tapi saya bilang dikasih Rp 400 miliar saja sudah bersyukur."
Rahmat mengatakan pembangunan polder air cukup penting. Sebab, perkembangan wilayahnya cukup pesat dari tahun ke tahun. Akibatnya, banyak rawa maupun sawah sudah beralih fungsi menjadi bangunan. Karena itu dibutuhkan polder air sebagai penggantinya. "Kami menggantikan rumah air yang sudah tidak ada," ujarnya.
ADI WARSONO