TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan banjir rob yang terjadi di kawasan pesisir Jakarta Utara disebabkan eksploitasi lahan oleh manusia. Banjir rob terjadi karena penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah yang tidak terkendali.
"Pengambilan air tanah yang besar-besaran yang menyebabkan akuifer dalam tanah kempis sehingga tanah ambles," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan pers, Selasa, 7 Mei 2016.
Selain faktor manusia, Sutopo mengatakan, faktor alami ikut menambah parah, yakni dengan adanya kenaikan muka air laut. Kata dia, kombinasi antara turunnya tanah dan naiknya muka air laut itulah yang menyebabkan rob.
Jika tak segera diatasi, Sutopo mengatakan, banjir rob bisa menyebabkan wilayah utara Jakarta tidak menarik untuk investasi atau pengembangan wilayah. Selama ini, daerah slum banyak terdapat di Jakarta Utara.
Langkah-langkah antisipasi juga harus dilakukan pemerintah dan warga yang menjadi korban. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah mengambil beberapa langkah, seperti pembangunan tanggul laut raksasa, reklamasi, pembangunan polder, tanggul di pantai, dan upaya struktural lain.
Sedangkan bagi warga, kata Sutopo, pencegahan bisa dilakukan dengan mencegah penurunan muka tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni meninggikan lantai, membangun rumah panggung, membangun sumur resapan, dan biopori.
Atau secara swadaya membangun polder dan pompa untuk melindungi lingkungannya. "Masyarakat dan dunia usaha yang ada di wilayah itu harus kompak tidak mengeksploitasi air tanah secara berlebihan," katanya.
Dari data BNPB, saat ini terdapat 26 titik rawan banjir rob di Jakarta Utara. Meliputi Penjaringan, Pluit, Kamal Muara, Kapuk Muara, Tanjung Priok, Kalibaru, Ancol, Pademangan, Marunda, Koja, Lagoa, Sunter Karya Selatan, Papanggo, Sunter Agung, Warakas, Kebon Bawang, Sungai Bambu, Jampea, Kramat Jaya, Kelapa Gading, KBN Cakung, Sunter Jaya, dan Yos Sudarso.
EGI ADYATAMA