TEMPO Interaktif, Jakarta - Anak Agung Sagung Mas Parwathi Mayun, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, mengatakan sebenarnya Salimatun Hasanah (2 tahun 3 bulan), salah seorang balita penderita gizi buruk di Jakarta Barat, telah ditemukan sejak Mei tahun lalu. "Hanya, orang tuanya sering menghilang di tengah perawatan," ujarnya ketika ditemui di kantornya, Rabu (20/4) siang.
Terakhir, kata Parwathi, ibu Salimatun membawa pulang anaknya dari RS Tarakan ketika sedang dalam pengobatan Tuberkolosis dan bronkitis tanpa persetujuan rumah sakit. Obat Tuberkolosis yang seharusnya dihabiskan Salimatun dalam waktu 2 bulan pun ternyata tidak diminumkan ke anak tersebut. "Jadi, pengobatannya harus diulang dari awal," kata Parwathi.
Ia mengungkapkan, ketika tahun lalu ditemukan, Salimatun berbobot 6 kilogram. "Memang sudah mengalami gizi buruk, tapi tidak separah sekarang," katanya.
Seringnya orang tua Salimatun menghilang membuat perawatan gizi buruk gadis cilik ini tidak berjalan baik, bahkan keadaannya memburuk. "Bila dibiarkan bisa terkena marasmus," kata Parwathi. Beruntung kader kesehatan dari Suku Dinas kemudian menemukannya dan merujuknya ke Therapeutic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi di Puskesmas Kecamatan Kalideres.
Akibat gizi buruk ini, tumbuh-kembang Salimatun menjadi terlambat. Di usianya yang sekarang ini, seharusnya ia sudah bisa berlari naik-turun tangga. Tapi, sampai sekarang yang mampu ia lakukan hanya telungkup. "Ia membutuhkan fisioterapi. Tapi, itu dilakukan bila berat badannya sudah bagus," ujar Parwathi lagi. Ia mengatakan fisioterapi belum bisa dilakukan saat ini karena kondisi fisik Salimatun yang masih lemah. "Untuk fisioterapi akan dirujuk ke RS Cengkareng," ujarnya menambahkan.
Saat ini Salimatun bersama 2 balita penderita gizi buruk lainnya, yaitu Bintang Ridwan Alfarizi (10 bulan) dan Damar (14 bulan), masih menjalani perawatan di Puskesmas Kalideres. Kondisi Bintang dan Damar jauh lebih baik dibanding Salimatun.
RATNANING ASIH