TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu warga korban pembebasan lahan Kalibaru, Sopiyah, 72 tahun, menangis saat dibujuk untuk meninggalkan rumahnya. Tatapannya kosong. Dia bersikeras tak mau pindah. "Enggak mau, enggak mauuu!" kata dia saat dibujuk tim kesehatan di rumahnya, Jalan Kalibaru Barat, Rabu, 3 September 2014.
Menantunya, Siti Asiyah, mengaku telah merayunya sejak kemarin malam. Namun, Sopiyah justru marah. "Dibilang saya enggak sayang orang tua," ujar Siti (lihat: 29 Rumah di Kalibaru Hangus Dilahap Si Jago Merah)
Kemarin, saat tim kesehatan memeriksanya, tensi darahnya cukup tinggi. "Ini kalau tidak segera ditolong bisa stroke," kata tim kesehatan. Kata Siti, mertuanya itu memang mempunyai riwayat darah tinggi dan asam urat. "Gimana enggak tinggi, orang banyak pikiran," ucap nenek Sopiyah.
Meski demikian, ia berkukuh tak mau dibawa ke rumah sakit. Selama satu jam lebih tim kesehatan merayunya, tapi tak berhasil juga. Walhasil, dokter memberikan vitamin melalui infus supaya tidak terjadi dehidrasi. Setelah diinfus, tim kesehatan menggotongnya dengan tandu dan dinaikkan ke mobil ambulans. "Enggak mauu, enggak mauuuu," teriak Sopiyah sambil menangis.
Kepala Subdinas Sosial Jakarta Utara Ika Lestari Aji mengatakan Sopiyah akan dibawa ke Rumah Sakit Koja untuk mendapatkan perawatan intensif. "Nanti dirawat dulu. Setelah itu, lihat perkembangan nanti lah, belum tahu juga," tuturnya.
DEWI SUCI RAHAYU
Berita Terpopuler
Pelaku Pelecehan di Transjakarta Ditelanjangi
Foto Bugil Jennifer Lawrence Asli
Ketua KPK: Jero Wacik Lakukan Pemerasan
Diundang SBY, Prabowo Tak Datang