TEMPO.CO, Jakarta -Kehadiran fasilitas Pelican Crossing yang menggantikan fungsi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sekitar Bundaran Hotel Indonesia diakui menguntungkan pejalan kaki.
"Lebih enak ini sih, karena kalau JPO sesak nafas saya," kata seorang warga yang melintasi Pelican Crossing, Arnold, 32 tahun sambil tertawa, Rabu, 1 Agustus 2018.
Pendapat serupa disampaikan Sugeng Hariyadi, 48 tahun. Selain faktor kenyamanan berjalan, Sugeng juga menilai pembongkaran JPO mempercantik pemandangan sekitar Bundaran Hotel Indonesia. "Jadi kelihatan lebih luas dan menarik," kata Sugeng.
Baca : Pelican Crossing Dikritik, Anies: Ujungnya JPO Bakal Dicopot Juga
Mengenai waktu penyeberangan yang hanya 13 detik, baik Arnold maupun Sugeng merasa tak keberatan. Menurut Sugeng, waktu itu cukup karena 13 detik hanya untuk satu ruas jalan MH. Thamrin.
Penyeberangan orang menggunakan Pelican Crossing sudah mulai digunakan di kawasan Bundaran HI.
Jalan itu terbagi menjadi dua ruas, mengarah ke Jalan Sudirman dan Medan Merdeka Barat dengan total waktu penyeberangan 30 detik. "Karena dibagi dalam dua trip, jadi cukup sih," kata Sugeng.
Pengguna Pelican Crossing lain, Arvit, 34 tahun tidak menyangkal kemudahan fasilitas itu untuk pejalan kaki. Namun, dia tetap mengakui fungsi JPO. "JPO akan menguntungkan arus lalu-lintas," kata Arvit.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengganti JPO Hotel Indonesia dengan Pelican Crossing dengan alasan estetika. Menurut Anies, JPO itu menghalangi pemandangan Patung Selamat Datang. Menyambut Asian Games 2018, Anies ingin mengembalikan fungsi patung itu untuk menyambut atlet Asian Games, seperti pada tahun 1962.
Selain alasan estetika, Anies juga menganggap JPO itu tidak ramah untuk penyandang disabilitas dan orang lanjut usia. Pelican Crossing akan terus dipakai hingga jembatan penyeberangan orang bawah tanah yang dibangun oleh PT MRT rampung.