TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi suhu dingin yang ekstrim belakangan ini melanda sebagian Indonesia, khususnya Jawa dan Nusa Tenggara, dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menjelaskan penyebabnya.
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan bahwa permukaan bumi yang tidak datar menyebabkan adanya perbedaan suhu seperti dataran rendah seperti pantai yang cenderung hangat, dan juga dataran tinggi seperti pegunungan yang mempunyai suhu relatif dingin.
Baca : BMKG: Hujan Es Turun di Pontianak
Dengan adanya fenomena suhu dingin ekstrim saat ini, otomatis wilayah dataran tinggi akan mempunyai suhu yang dapat melebihi titik beku.
“Suhu dapat dipastikan akan makin rendah, bisa sampai kurang dari 0 derajat celcius. Ini sebabnya embun saja bisa jadi beku pada pagi hari,” jelas Prabowo saat dihubungi Tempo, Rabu, 8 Agustus 2018.
Wilayah dataran tinggi mayoritas banyak dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam tanaman seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang notabene banyak mengandung air.
Ketika diterpa suhu dingin yang ekstrim pada malam hari, kandungan air di dalam tanaman-tanaman tersebut akan membeku. Hal ini menyebabkan tanaman akan layu atau bahkan mati pada siang harinya.
Simak :
Anies Menyuruh Disparbud Minta Maaf Soal Tim Pertimbangan Monas
“Ketika kandungan air dalam tanaman membeku, tanaman akan mati atau busuk saat siang hari. Ini yang merugikan dari sisi ekonomi,” tambah Prabowo.
Menurut BMKG, fenomena alam ini diperkirakan baru akan selesai sekitar pertengahan bulan September 2018 nanti. Hal itu bertepatan dengan pergeseran matahari menuju selatan dan melewati garis ekuator.
EDO JUVANO | DA