TEMPO.CO, Jakarta - Penggerebekan oleh aparat kepolisian terbukti tak membuat ngeri para pelaku prostitusi di Apartemen Kalibata City. Setidaknya sudah tiga kasus atau tiga kali penggerebekan telah dilakukan di sana sepanjang tahun ini saja.
Baca:
Ini Aneka Modus Prostitusi di Apartemen Kalibata City
Prostitusi di Kalibata City, Ini Kecemasan Sandiaga Uno
Sehari setelah polisi mengungkap hasil penggerebekan yang terbaru pun, Tempo mendapati seorang perempuan inisial NS masih menjajakan diri. Dia aktif via aplikasi percakapan di media sosial dan memasang tarif hingga Rp 800 ribu sekali kencan selama enam jam.
NS mengaku tidak takut transaksi seks yang ditawarkannya itu diendus polisi lalu digerebek. Dia mengungkap berada di tower kluster, yakni tower yang didata pengelola Kalibata City dan juga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tower resmi.
“Didata pemprov sama marketing Kalcit, tower itu resmi yang sudah berkeluarga semua. Jadi keamanannya lebih ketat lah," kata NS menjawab kekhawatiran bila ada penggerebekan.
Tapi bisnis tetap tak berjalan jika dia tak bekerja sama dengan petugas pengamanan setempat. Dia memastikan kepada Tempo akan bisa melewati petugas masuk ke tower kluster yang dimaksudnya.
“Itu udah urusan gue kalo handle security. Enggak (disogok), beliin rokok doang,” kata dia.
Baca juga:
Perluasan Ganjil Genap, Mobil Setmil Presiden Palsukan Plat Nomor
Rosa, seorang warga penghuni Tower Cendana, Apartemen Kalibata City, mengaku tidak kaget bila prostitusi masih subur. Dia yang sudah genap setahun menetap di sana mengaku baru satu kali mengalami pengecekan unit oleh pengelola.
“Tidak ada pemeriksaan yang rutin,” katanya. “Satu kali itu juga baru kemarin. Mungkin karena ketahuan gara-gara razia.”