TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus mendukung perpanjangan kebijakan ganjil genap setelah Asian Games 2018 selesai. Kebijakan ini dianggap cocok karena dapat berbagi jalan dengan pejalan kaki yang membutuhkan kenyamanan menyeberang sekaligus mengurangi emisi kendaraan bermotor.
Baca: Alasan Transjakarta Maklum Usulan Soal Ganjil Genap Ditolak Anies
Alfred mengatakan kebijakan ganjil genap sangat mempengaruhi laju lalu lintas dan mengurangi beban kepadatan lalu lintas di beberapa ruas jalan tertentu. "Dengan lalu lintas yang cukup lancar, maka bisa berbagi dengan pejalan kaki yang bisa menyeberang dengan aman," ujarnya, di Jakarta, Selasa, 4 September 2018.
Alfred melanjutkan kondisi psikologi pejalan kaki saat menggunakan ruas jalan sangat berpengaruh dengan kebijakan ganjil-genap yang akan diperpanjang hingga 13 Oktober nanti.
Pada saat diterapkan ganjil-genap, tambah Alfred, pencemaran udara di kawasan tertentu itu tidak drastis hilang tapi ada penurunan.
Namun, Alfred berharap kebijakan ini untuk dievaluasi lagi, seperti apakah perlu diterapkan seharian atau tidak.
"Kebijakan ini sebenarnya cukup bagus, tapi butuh dievaluasi, yang penting dari koalisi pejalan kaki kita mendukung dengan adanya kebijakan ganjil-genap," kata Alfred.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melakukan perpanjangan kebijakan ganjil genap yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 92 Tahun 2018. Pergub tersebut berlaku mulai 3 September 2018 hingga 13 Oktober 2018 atau setelah Asian Para Games selesai.
Hal itu guna mempermudah pada pengelolaan lalu lintas dan juga menjaga kebiasaan yang sudah terbangun selama Asian Games.
Baca: Ganjil Genap Pasca Asian Games, Begini Harapan Forum Warga Kota
Saat pemberlakuan sistem ganjil genap selama berlangsungnya Asian Games 2018 menunjukkan fakta dalam jangka pendek seperti ada peningkatan kecepatan 37 persen dan peningkatan penumpang Transjakarta sampai 40 persen.