TEMPO.CO, Jakarta - Warga Jakarta yang mengikuti uji coba MRT pada hari ketiga meminta PT MRT Jakarta membenahi sampah dan penjual kopi keliling di trotoar Stasiun Bundaran HI.
Baca: Uji Coba MRT, Warga: Berasa di Luar Negeri
Meski puas melihat fasilitas dan pelayanan moda raya terpadu yang tak kalah dari MRT di luar negeri, Teguh Firmanto memberi sejumlah catatan kepada pemerintah DKI Jakarta untuk terus memperbaiki kenyamanan naik MRT.
Dia melihat banyak penjual kopi keliling yang menggunakan sepeda berjualan di trotoar Stasiun Bundaran HI. Hal itu, kata dia, mengurangi kenyamanan dan pemandangan di sekitar area luar stasiun.
"Padahal di dalam bagus. Begitu keluar pemandangannya kurang enak melihat banyak tukang kopi dan gelas plastik dan puntung rokok yang berserakan," ujar Teguh usai menaiki Ratangga di Stasiun Bundaran HI, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2019.
Pria 43 tahun ini membawa istri dan tiga orang anaknya untuk menjajal kereta MRT Jakarta yang dinamai Ratangga tersebut.
Teguh mengatakan sejumlah fasilitas yang ada di dalam stasiun MRT dari Stasiun Lebak Bulus sampai Bundaran Hotel Indonesia cukup berkelas. "Nggak kalah dari MRT di luar negeri," kata Teguh.
Ia menuturkan fasilitas MRT tidak hanya untuk penumpang biasa, tetapi juga menyediakan sarana untuk penyandang disabilitas. Pengguna kursi roda, misalnya, mendapat tempat khusus di gerbong 3 dan 4 MRT Jakarta.
Teguh mengatakan tak rugi meluangkan liburnya mengajak seluruh anggota keluarganya mencoba naik MRT. "Saya sampai pesan libur dari kantor hari ini untuk coba MRT," kata warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yang bekerja di kawasan Pluit, Jakarta Utara ini.
Selain berharap pemerintah maupun MRT bisa menjaga kenyamanan di sisi luar fasilitas publik ini, Teguh juga menyoroti kurangnya petugas di luar stasiun.
Jumlah petugas Dinas Perhubungan untuk membantu pengguna MRT menyeberang di pelican crossing Stasiun Bundaran HI menurut Teguh, minim. Petugas, kata dia, hanya ada di depan Hotel Pullman.
"Sedangkan yang di seberangnya tidak ada. Harusnya di dua sisi ada," ucapnya. "Kalau bisa Satpol PP juga ditugasi untuk mencegah tukang kopi berjualan."
Warga lain yang ikut mencoba MRT, Imansyah, 26 tahun, memuji fasilitas yang disediakan. "Sarana dan prasarananya sudah cukup ideal. Tidak kalah dengan MRT di Eropa," ujarnya.
Namun Imansyah menganggap tarif MRT Rp10.000 terlampau mahal bagi sebagian warga Jakarta. Sebab, tidak semua penduduk DKI mempunyai penghasilan yang besar.
"Kalau bagi saya harga standar. Tapi bagi warga yang gajinya UMR harga yang diusulkan pemerintah masih terlalu mahal."
Baca: Penyandang Disabilitas Ingin Menikmati MRT, Simak Tata Caranya
Terkait dengan tarif MRT, kata Teguh, cukup terjangkau jika pemerintah DKI Jakarta jadi membanderol Rp 10 ribu per 10 km. "Dengan fasilitas yang cukup baik. Apalagi nanti terintegrasi harga yang ditawarkan sesuai," ujarnya.